Kedai Jeng Hai Lasem, Favorit Traveler dan Warga Beragam Kalangan

Senin, 13 Agustus 2018 07:28 WIB

Penampakan warung kopi Jeng Hai Lasem di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Tempo/Francisca Christy Rosana

TEMPO.CO, Jakarta - Penampakannya biasa saja, hanya warung kopi dengan bangunan sederhana. Tak ada mesin giling, interior retro, apalagi kursi-kursi industrial seperti layaknya tempat nongkrong kekinian di Ibu Kota. Namun, hampir setiap hari para wisatawan dan orang berbagai latar belakang tak pernah absen bertandang ke Warung Kopi Jeng Hai di Desa Karangturi, Lasem, Jawa Tengah.

Warung Kopi Jeng Hai kesohor sebagai tempat ngopi favorit pelancong di kawasanan pecinan pantai utara itu. Si empunya, Hai, adalah keturunan kedua dari pemilik pertama kedai Jeng Hai. Ruang seduh sederhana itu telah berdiri sejak 1965. “Dulu bentuknya bukan bangunan permanen. Hanya gubuk yang berdiri di bawah pohon talok (ceri Jawa),” katanya saat ditemui Tempo di Lasem, Juli lalu.

Warung Jeng Hai pertama kali dipopulerkan oleh pemerhati budaya Cina sekaligus dosen Sastra Cina Universitas Indonesia, Agni Malagina, bersama komunitas pegiat wisata Lasem, yakni Kesengsem Lasem. Dua tahun lalu, Agni dan komunitas itu menyambangi warung ini dan menemukan keistimewaannya.

Kata Agni yang kala itu ditemui di Lasem, warung milik Hai menjual kopi lokal yang otentik dengan harga sangat murah. Benar saja, kopi yang dijajakan adalah kopi lelet seharga Rp 3.000 per gelas.

Kopi lelet adalah kopi robusta yang digiling halus. Proses penggilingannya sampai tujuh kali hingga bubuk kopi benar-benar lembut seperti bedak. Umumnya, kopi lelet digiling demikian supaya ampasnya bisa dipakai untuk membatik pada rokok. Kegiatan ini lazim dilakukan penduduk lokal dan sudah melekat menjadi budaya turun-temurun.

Advertising
Advertising

Kedai kopi sederhana ini tak cuma menjual kopi khas. Namun juga menyatukan semua lapisan masyarakat. Interaksi horisontal antar-warga dari berbagai latar belakang terjadi renyah saban pagi hingga sore. Warga masyarakat yang nongkrong di sini memiliki profesi beragam.Warga berabagai kalangan datang dan mengobrol di kedai Jeng Hai Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Juli 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana

Ada pengacara daerah, pemuka agama Islam sekaligus pemilik pesantren, juga pemuka agama Buddha. Lalu ada pemilik usaha batik terbesar di Lasem, pemilik penginapan, petani, buruh pabrik. Ditambah lagi wisatawan yang datang dari berbagai daerah.

Di dalam warung itu, beragam obrolan diramu. Waktu itu, mereka tengah mengobrol soal panen garam yang meningkat karena waktu kemarau lebih panjang tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Juga membicarakan bintang film yang kebetulan sedang syuting di Lasem.

Sambil menyeruput kopi, para pengunjung menikmati beragam jajanan khas Lasem yang sudah disediakan oleh Hai. Para tamunya bisa memilih sesuai dengan selera. Ada tahu isi bihun, lalu tempe kemul. Ada juga ketan srundeng yang sudah mulai langka di pasar.

Warung ini buka saban hari setiap pagi pukul 05.00 hingga malam pukul 19.00-an. Namun khusus Minggu, warung hanya buka sampai siang. Sedangkan untuk menuju ke sini, wisatawan bisa berjalan kaki menuju area Tiongkok Kecil dari pusat Kota Lasem.

Berita terkait

Museum Islam Nusantara Lasem Diresmikan, Simpan Artefak hingga Manuskrip Bersejarah

16 September 2023

Museum Islam Nusantara Lasem Diresmikan, Simpan Artefak hingga Manuskrip Bersejarah

Museum Islam Nusantara menyimpan koleksi artefak, naskah, manuskrip, serta narasi tokoh-tokoh Islam.

Baca Selengkapnya

Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

24 Januari 2023

Festival Cheng Beng, Tradisi Unik Masyarakat Tionghoa setelah Cap Go Meh

Tiga bulan setelah Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa menggelar Cheng Beng untuk mengenang leluhur mereka.

Baca Selengkapnya

Museum Nyah Lasem, Menilik Rumah Saudagar Batik Lasem Soe San Tio

6 Desember 2021

Museum Nyah Lasem, Menilik Rumah Saudagar Batik Lasem Soe San Tio

Pada masa lalu, Lasem dikenal sebagai Tiongkok Kecil. Banyak saudagar batik yang tinggal di sana.

Baca Selengkapnya

Pasar Rakyat Lasem Dibuka, Cara Belanja Batik Lasem dari Rumah

13 Mei 2020

Pasar Rakyat Lasem Dibuka, Cara Belanja Batik Lasem dari Rumah

Ruang niaga Pasar Rakyat Lasem itu bisa diakses melalui situs kesengsemlasem.com.

Baca Selengkapnya

Menginap di Rumah Kuno Berarsitektur Persia di Lasem

23 September 2019

Menginap di Rumah Kuno Berarsitektur Persia di Lasem

Lasem telah ada jauh sebelum Semarang menjadi bandar utama di utara Jawa. Kota ini memiliki gedung-gedung tua, salah satunya berarsitektur Persia.

Baca Selengkapnya

Belajar Toleransi di Pesantren Berarsitektur Cina di Lasem

28 September 2018

Belajar Toleransi di Pesantren Berarsitektur Cina di Lasem

Pesantren Kauman di Lasem, Jawa Tengah, memiliki bangunan unik. Rumah induknya ialah bangunan Cina kuno dan ornamennya pun sarat peranakan.

Baca Selengkapnya

Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu

2 Agustus 2018

Menengok Rumah Opium dan Sejarah Bisnis Candu Lasem Masa Lalu

Gedung Lawang Ombo di Jalan Sunan Bonang, Lasem, Jawa Tengah, adalah saksi sejarah perdagangan candu masa silam.

Baca Selengkapnya

Rumah Oei, Bangunan Cina Kuno Berusia 200 Tahun di Lasem

30 Juli 2018

Rumah Oei, Bangunan Cina Kuno Berusia 200 Tahun di Lasem

Rumah Oei merupakan rumah yang pusat seni, budaya, dan kuliner di Lasem. Sejak 2016 kini telah dibuka kembali setelah vakum 70 tahun.

Baca Selengkapnya

Sepiring Lontong Tuyuhan dan Sisi Lain Pecinan Lasem

29 Juli 2018

Sepiring Lontong Tuyuhan dan Sisi Lain Pecinan Lasem

Memburu kuliner lontong tuyuhan adalah keharusan bila sedang di Lasem, sebuah kota pecinan kuno di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Yopia, Warisan Kuliner Lasem yang Bertahan Ratusan Tahun

21 Juli 2018

Yopia, Warisan Kuliner Lasem yang Bertahan Ratusan Tahun

Kecamatan kecil yang terkenal karena wilayah pecinan ini juga memiliki warisan kuliner yang masih bisa dicicipi, yakni yopia.

Baca Selengkapnya