Batik Yogyakarta Ramah Lingkungan Punya Pasar Tersendiri

Rabu, 28 Februari 2018 15:03 WIB

Dua orang model memperagakan kreasi busana unik berbahan batik dalam Jogja Fashion Week di Jogja Expo Center, Yogyakarta, 24 Agustus 2016. Acara peragaan busana ini akan menampilkan lebih dari 200 karya yang beberapa merupakan rancangan mahasiswa ISI Yogyakarta. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kian banyak pengusaha batik di Yogyakarta yang menggunakan bahan alami untuk produksinya. Batik Yogyakarta yang ramah lingkungan itu, antara lain, mengusung merek Jolawe dan Marenggo Natural Dyes.

Batik Yogyakarta berlabel Marenggo Natural Dyes Batik adalah hasil ikhtiar perajin Nuri Ningsih Hidayati. Bahan-bahan dari alam yang dipakai Nuri berderet banyak: daun mangga, daun rambutan, kayu mahoni, kayu nangka, daun marenggo, kesumba, dan kayu jati.

Lalu ada juga indigo, kayu tinggi, kayu jolawe, kayu secang, tegeran, jambal, benguk, kulit manggis, dan gambir. Semjua itu menjadi bahan pewarna batik Yogyakarta kreasinya.

Semuanya diperoleh dari sekitar tempat tinggal Nuri di Berbah, Sleman. "Batik pewarna alam sehat di kulit dan warnanya tidak mencolok," kata Nuri suatu saat kepada Tempo.

Hasil dari pewarna alam itu mmeunculkan tekstur kain yang halus ketika disentuh. Motifnya kaya akan karakter flora. Di antaranya daun semanggi dan ranting kecil. Yang istimewa, bahan pewarna yang digunakan ternyata tidak mencemari lingkungan.

Advertising
Advertising

Menurut alumnus Jurusan Seni Kriya Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu, selama ini, batik pewarna alam dikenal punya pangsa pasar tersendiri. Beberapa kalangan yang menggemarinya, antara lain, para wisatawan mancanegara yang sadar akan kelestarian lingkungan.

Pencinta batik jenis ini juga datang dari kalangan kelas menengah ke atas. Pembelinya rata-rata datang dari Jakarta.

Menurut Nuri, pengerjaan batik tulis pewarna alam membutuhkan waktu lebih lama dan memperhatikan detail pola pada kain. Untuk bisa menjadi pewarna, bahan-bahan itu harus melalui proses fermentasi. Itu sebabnya, harga batik jenis ini lebih mahal ketimbang batik pewarna sintetis..

Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, juga menyuguhkan batik pewarna alam. Mereka bekerja sama dengan mahasiswa Jurusan Seni Kriya Institut Seni Indonesia Yogyakarta. "Dosen kami sering ke desa wisata Giriloyo untuk riset," kata seorang mahasiswi Jurusan Seni Kriya ISI, Sri Utami.

Nur Ahmadi, Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, mengatakan batik pewarna alam ramah lingkungan dan gampang diperoleh di sekitar tempat tinggal perajin. Nur menggunakan campuran bahan pewarna alam dari beragam tumbuhan.

Ada daun krungkungan yang banyak tumbuh di pinggir sungai dan pematang sawah. Tanaman jenis ini punya bunga berwarna ungu. Kunang-kunang suka hinggap pada jenis tanaman ini. Ada juga pewarna dari kulit buah jolawe yang mirip duku, serta daun mangga, indigo, dan mahoni. "Warnanya yang soft menyehatkan kornea mata," kata Nur.

Banyak varian warna pada batik itu. Misalnya, warna biru dihasilkan dari daun indigo atau hijau lumut dari kulit buah jolawe.

Menurut dia, batik pewarna alam punya pasar tersendiri karena harganya yang lebih mahal. Batik jenis ini punya tingkat kerumitan yang lebih ketimbang pewarna sintetis.

Untuk membuatnya, paling tidak perlu waktu sepekan. Sedangkan batik pewarna sintetis hanya perlu waktu 1-2 hari.

Lewat peragaan busana yang dikemas dengan baik dan melibatkan para desainer, Nur berharap batik pewarna alam akan semakin digemari. Di gerai Nur Ahmadi juga terdapat batik tulis pewarna alami dengan motif andalan Bantul, yakni kembang kates..

Selain perajin, ada Batik kreasi siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Motifnya khas Gedangsari, yakni daun, pohon, dan buah pisang. Gedang dalam bahasa Jawa punya arti pisang.

SHINTA MAHARANI

Artikel Lain: Museum Batik Danar Hadi Perkuat Identitas Solo sebagai Kota Batik

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

16 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

19 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

44 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

46 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

6 Maret 2024

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya