Anggunnya Batik Keraton dan Pakualaman di Taman Pintar Yogyakarta

Selasa, 27 Februari 2018 16:58 WIB

Pengunjung menyaksikan pameran Koleksi Batik Keraton dan Puro Pakualaman Yogyakarta di Taman Pintar. Pameran ini berlangsung 26 Februari-4 Maret 2018. TEMPO/PRIBADI WICAKSONO

TEMPO.CO, Yogyakarta - Ruangan oval di lantai satu wahana edukasi Taman Pintar Yogyakarta, awal pekan ini, tampak megah dipenuhi deretan kain batik yang mengitari sudutnya.

Batik-batik yang terlihat jarang ada di pasaran itu merupakan koleksi batik dari Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman yang dipamerkan selama sepekan, dari 26 Februari sampai 4 Maret 2018.

Baca juga: Motif Batik Yogyakarta yang Hampir Punah

Sebuah kain batik raksasa membentang dengan indah di selipan kain batik berwarna dominan gelap kecokelatan itu. Namanya Batik Kampuh Batik Semen Raja Sawat, yang merupakan koleksi Keraton Yogya.

Bentang batik Raja Sawat itu sekitar empat meter dengan gambar ornamen bangun segi empat di tengahnya. Di sekitar ornamen utama itu terdapat ornamen penghias pohon hayat atau pohon kehidupan yang menjadi simbol keadilan dan kekuasaan. Selain itu, terdapat ornamen meru atau gunung, burung, garuda, dan matahari.

Advertising
Advertising

Keraton juga membawa batik Kawung, yang merupakan pola batik paling kuno yang pernah diciptakan. Motif Kawung ini tersusun dari motif bulat panjang (elips), disusun menurut garis diagonal, miring ke kiri dan ke kanan berselang-seling.

Dalam penjelasannya, Kawung bermakna papat kiblat lima pancer, yang berarti empat penjuru mata angin dengan satu pusat, yang merupakan lambang Tuhan Yang Maha Esa.

Batik Kawung biasanya dipakai sebagai lurub atau kain penutup jenazah, dengan harapan orang yang sudah meninggal dapat lancar jalannya menuju alam kelanggengan atau keabadian. Dalam bahasa Jawa, kawung diartikan sebagai bali nang alam sawung atau kembali ke alam sawung (kosong, hampa).

Keraton Yogyakarta memamerkan juga motif legendaris Truntum, yang diyakini tercipta di masa raja keturunan Mataram pertama yang dilantik Belanda, Sri Susuhunan Pakubuwana III, 1732-1788.

Konon motif Truntum yang sekilas berbentuk seperti hamparan bintang itu tercipta kala permaisuri Pakubuwana III sedang dilupakan suami. Sang permaisuri dalam kesedihan terus membatik sambil berdoa agar sang suami memperhatikannya lagi dan upaya itu berhasil. Motif Truntum pun kemudian diidentikkan dengan makna bertautnya cinta.

Tak kalah eksotisnya dengan batik koleksi Keraton, Puro Pakualaman juga menampilkan motif-motif baru yang diilhami dari penerjemahan naskah kuno perjalanan Puro Pakualaman.

Misalnya yang menonjol adalah batik Wilaya Kusumajana, yang diwarnai motif ribuan titik mengepung bunga kusuma. Motif ini terinspirasi dari kisah wedana renggan Wilaya Kusumajana dalam naskah kuno Puro Pakualaman berjudul “Sestradisuhul” dan “Bebar Palupyan”.

Makna simbolis dari motif batik ini merangkum keteladanan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Pakualam I sebagai pribadi yang konsisten menjalankan ajaran sestradi. Ajaran sestradi mengenai sikap manusia untuk tidak sirna saat diri dihina dan tidak tinggi saat diri dipuji.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Keraton Yogya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, menuturkan pameran koleksi batik ini adalah upaya mengenalkan lagi sejarah di balik motif batik kepada publik.

“Sehingga masyarakat bisa tahu filosofi motif batik itu juga penggunaannya,” ujar Bendara, yang merupakan putri Raja Keraton Yogya Sri Sultan Hamengku Buwono X, di sela pembukaan pameran, Senin, 26 Februari 2018.

Pemandu Taman Pintar, Nia Chusnul Himawati, mengatakan pameran koleksi batik Keraton dan Puro Pakualaman di Taman Pintar ini merupakan kali pertama dan mendapat antusiasme pengunjung.

“Pameran batik ini menjadi warna baru untuk Taman Pintar yang selama ini dianggap identik dengan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.

Nia menuturkan Taman Pintar sendiri memiliki zona membatik, pengunjung bisa belajar membatik setiap hari dengan biaya Rp 13 ribu per orang.

Seorang wisatawan asal Palembang, Umi Khusnul, 25 tahun, mengaku senang dengan pameran batik itu. “Selama ini saya tahunya batik itu ya seperti kain ini, tapi tidak tahu bagaimana sebenarnya kisah di balik motif-motif itu. Sekarang jadi tahu,” kata Umi.

PRIBADI WICAKSONO

Artikel Lain: Museum Batik Danar Hadi Perkuat Identitas Solo sebagai Kota Batik

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

5 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

7 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

8 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

10 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

35 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

37 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

52 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

54 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya