Hudoq Kawit, Ritual Adat di Perbatasan Indonesia - Malaysia

Reporter

Antara

Editor

Pruwanto

Senin, 13 November 2017 07:08 WIB

Anak-anak Desa Sumantipal, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, dalam busana adat dayak. 3 Agustus 2016/Danang Firmanto

TEMPO.CO, Jakarta - Matahari nyaris hilang, tertelan pengunungan hulu Sungai Mahakam, dari sebuah kampung, kawasan terpencil berbatas darat dengan Malaysia, wilayah Kecamatan Long Bangun, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Sorotnya tak lagi panas menyengati "burung-burung enggang", yang menari berputar-putar mengelilingi titik semu yang telah disepakati bersama, di halaman lamin adat setempat.

Burung-burung itu diperankan oleh pemuda-pemuda adat Dayak yang tengah menjalani Ritual Hudoq Kawit. Mereka bergerak mirip menari yang dimaknai sebagai ungkapan rharapan masyarakat adat Dayak kepada penguasaha alam. Ungkapan besar atas padi yang mereka tanam, agar tumbuh dan bisa dipanen, dijaga oleh arwah leluhur dari gangguan.

"Ritual adat Hudoq Kawit ini digelar karena kemarin kami sudah selesai menanam padi ladang. Jadi, ini merupakan upacara sakral untuk yang kuasa," kata Petinggi Kampung Long Bagun Ulu Petrus Higang Lasah, 11 November 2017 .

Ada 50-an orang yang menjalani ritual ini. Lelaki dewasa mengenakan topeng kayu bermoncong panjang, menyerupai paruh Enggang, burung khas pedalaman Kalimantan. Bulu Burung Enggang ditancapkan pada tapung (topi) yang berada di atas topeng. Beberapa lapis daun pisang menjadi pakaian penutup pundak hingga kaki pelaku ritual.

Sebagian remaja putri dan kaum ibu mengenakan Bahau, pakaian adat Dayak. Sebagian lainnya mengenakan penutup badan atas putih, dan daun pisang yang dirancang seperti rok sebagai penutup bagian bawah. Tanaman rambat yang dilingkarkan pada kepala mereka, menyerupai topi.

Anak-anak pun menjalani ritual. Mengenakan baju dari kulit binatang, yang masih utuh bulunya. Mereka tetap berkeliling, menggerakkan tangan, menghentakkan kaki berirama, mengikuti suara bedug yang ditabuh

Petrus Higang ikut menari di halaman lamin. Memakai Hudoq lengkap seperti baju dari daun pisang dan topeng Hudoq.

Lamin Adat Kampung Kong Bangun Ulu padat oleh warga berbagai kampung yang tersebar di Kecamatan Long Bangun, Mahakam Ulu. Berjubel di jalan dan pinggiran lamin.

Saat matahari benar-benar pergi, ritual diakhiri. Namun tarian berlanjut pada malam hari yang membolehkan penonton masuk dalam barisan penari.

Hudoq Kawit rutin digelar setiap tahun di kisaran bulan Oktober, awal musim hujan yang menandai masa tanam padi. Di tanah itu, padi yang ditanam merupakan padi gunung, yang bertumpu pada musim hujan saja. Setahun mereka panen satu kali.

Masyarakat adat di sana percaya padi sebagai makanan pokok merupakan pemberi kehidupan yang baik bagi manusia dan binatang pemakan tumbuhan. Menurut Petrus, padi merupakan tanaman ciptaan sang penguasa yang mampu memberikan kehidupan, sehingga harus diperlakukan secara khusus sebagai tanda terima kasih.

Ritual Hudoq Kawit dimaksudkan sebagai undangan kepada ruh dari langit, yang akan menjaga tanaman padi sampai berbuah dan memperoleh panen memuaskan. "Topeng Hudoq yang kami pakai ini jelmaan ruh dari atas sana yang diperintahkan oleh nenek moyang kami. Ruh-ruh yang menjelma menjadi topeng inilah yang menjaga tanaman padi kami," kata dia sambil menunjuk topeng, kemudian menunjuk langit.

Hudoq Kawit akan diikuti serangkaian adat lain. Ritual ketika padi mulai berisi (emping), dan ritual sebagai bentuk syukur setelah mereka panen.

Pada ritual ketika padi mulai berisi, mereka mengambil sebagian kecil padi ketan muda (emping), memasak dengan bungkus daun pisang. Masakan emping ini dimakan berbarengan.

Ritual panen lebih meriah. Ketika doa atau pengharapan terwujud; panen memuaskan, beberapa hewan dibawa untuk disembelih dan dimakan bersama. Tamu dan beberapa tetangga kampung diajak ikut merayakan.

Mulai tahun depan, upacara adat Hudog ini hendak dijadikan gema tradisi budaya warga perbatasan oleh Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu. Agenda ini diusulkan ke Kementerian Pariwisata. Lama kegiatan nantinya 10 hari beruntun, mulai 20 Oktober. Nantinya agenda ini disertai agenda berbagai kuliner daerah dan atraksi budaya, serta akan melibatkan sesepuh adat.

ANTARA

Berita lain:

Advertising
Advertising

Kenapa Hati Raisa Andriana Tertambat pada Yogyakarta

7 Resto Menu Nusantara yang Layak Dicoba di Jakarta



ANTARA

Berita terkait

Kaltim Siapkan Paket Wisata Titik Nol IKN Nusantara untuk Pikat Wisatawan

24 November 2022

Kaltim Siapkan Paket Wisata Titik Nol IKN Nusantara untuk Pikat Wisatawan

Sebelum ditetapkan sebagai IKN Nusantara, Penajam Paser Utara Kalimantan Timur telah memiliki beragam potensi alam dan budaya yang dapat dikembangkan.

Baca Selengkapnya

Titik Nol IKN Nusantara Ditutup Sementara untuk Kunjungan Wisata

8 Oktober 2022

Titik Nol IKN Nusantara Ditutup Sementara untuk Kunjungan Wisata

Titik Nol IKN Nusantara memang seolah menjadi objek wisata bagi masyarakat yang ingin melihat lokasi pemindahan ibu kota baru.

Baca Selengkapnya

Pesona Gua Tapak Raja di IKN Nusantara yang Simpan Cerita Masa Lampau

2 Juni 2022

Pesona Gua Tapak Raja di IKN Nusantara yang Simpan Cerita Masa Lampau

Gua Tapak Raja yang lokasinya tidak begitu jauh dari kawasan inti pusat pemerintahan IKN Nusantara itu memiliki keunikan.

Baca Selengkapnya

6 Destinasi Wisata Sekitar IKN Nusantara, Dari Desa Budaya Hingga Perbukitan

11 Maret 2022

6 Destinasi Wisata Sekitar IKN Nusantara, Dari Desa Budaya Hingga Perbukitan

Wisata alam dan budaya akan menjadi basis konsep pengembangan wisata di IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Pulau Maratua di Berau Dilirik Jadi Lokasi Pengambilan Gambar Film India

20 Januari 2022

Pulau Maratua di Berau Dilirik Jadi Lokasi Pengambilan Gambar Film India

Banyak potensi dan pengalaman sejarah yang bisa dijadikan produksi film di Pulau Maratua dan wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara.

Baca Selengkapnya

Ada Pantai Indah di Calon Ibu Kota Baru Penajam Paser Utara

2 Maret 2020

Ada Pantai Indah di Calon Ibu Kota Baru Penajam Paser Utara

Ketika bulan purnama dan langit cerah, cahaya bulan penuh begitu indah dan menambah nuansa romantis di Pantai Sikapario, Penajam Paser Utara.

Baca Selengkapnya

Warga Paser Utara Gelar Acara Adat Pesta Belian

19 Oktober 2017

Warga Paser Utara Gelar Acara Adat Pesta Belian

Masyarakat Adat Paser percaya ritual yang membuat ladang atau kerja mereka bisa memperoleh hasil berlimpah.

Baca Selengkapnya

Kalimantan Timur Gelar Festival Mangrove

10 April 2017

Kalimantan Timur Gelar Festival Mangrove

Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akan menggelar Festival Mangrove selama empat hari pada 13-16 April 2017.

Baca Selengkapnya

Kampung Warna Warni Balikpapan Mulai Memikat Pelancong  

5 Maret 2017

Kampung Warna Warni Balikpapan Mulai Memikat Pelancong  

Sejak diresmikan pekan lalu, kampung Warna Warni di Teluk Seribu Balikpapan mulai dilirik pelancong.

Baca Selengkapnya

Kalimantan Timur Bidik 550 Ribu Kunjungan Wisata  

3 Maret 2017

Kalimantan Timur Bidik 550 Ribu Kunjungan Wisata  

Kaltim memiliki potensi wisata yang patut diperhitungkan, khususnya wisata alam.

Baca Selengkapnya