Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

image-gnews
Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015.  TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kekejaman Gubernur Jenderal  Hindia Belanda Herman William Daendels saat membangun jalan Anyer Panarukan memang sangat terkenal.  Salah satu cerita kekejaman Daendels masih tersisa di Jembatan Geladak Manyar, Manyar, Gresik.  Ratusan penduduk dulu harus menjadi tiang pancang ini ketika Daendels akan melalui  jembatan ini.

Jembatan ini terletak di Jalan Raya Manyar, Kecamatan Manyar, sekitar 10 kilometer dari pusat kota Gresik. Masyarakat setempat menyebut jembatan ini jembatan Geladak. Jembatan ini kini masih berfungsi menjadi penghubung  antara Tuban dan Gresik. Selain jembatan Geladak ada pula jembatan Sembayat dan jembatan Tambak Ombo. Jembatan ini di  termasuk jaringan Jalan Raya Pos.

Jembatan ini berkaitan dengan  nama geladak dan sejarah pembangunan Jalan Raya Pos yang digagas oleh Daendels. Asal muasal nama geladak merujuk pada permukaan susunan kayu berjajar yang tak rata. “Seperti ketika Daendels meminta ratusan penduduk berjajar memegang balok kayu," ucap Ketua Masyarakat Pecinta Sejarah dan Budaya Gresik (Mataseger), yang hanya mau dipanggil Pak No.

Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada November 1808, ketika Daendels mengadakan inspeksi pembangunan jalan dan jembatan. Betapa terkejutnya ia melihat jembatan belum rampung. Dengan murka, Daendels memerintahkan bupati mengumpulkan warga di sekitar lokasi. Sebagai hukuman, para penduduk disuruh berbaris berhadapan di ruas jembatan yang belum jadi. Tiap orang memegang balok membentuk geladak. Begitu jembatan bertiang manusia itu jadi, Daendels menaiki kereta kudanya dan dengan pongahnya melintas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kejadian itu dicatat dalam buku Grissee Tempo Doeloe yang ditulis Dukut Imam Widodo. Menurut Dukut, metode hukuman seperti itu lazim diterapkan Daendels. Dukut mengatakan Daendels biasa memaksa bupati atau pejabat setempat menyetor ratusan penduduknya untuk menjadi tiang pancang hidup. "Setiap kali Daendels melakukan inspeksi dan jembatan belum jadi, ia pasti memerintahkan untuk membikin tiang pancang dari manusia itu. Tidak hanya di Gresik," ujarnya.

Selain kendaraan pribadi, angkutan umum,  jembatan-jembatan ini  sering dilalui kendaraan berat yang mengangkut bahan galian C . Hal ini mengakibatkan kondisi  jembatan sering bergoyang, permukaannya mengelupas dan bergelombang serta mengkhawatirkan. “Jembatan ini sudah tidak layak dilalui sebenarnya, makanya cuma boleh dilalui truk kecil dan mobil. Bus penumpang besar, tronton dan truk gandeng tidak boleh lewat,” ujar Pak No, yang juga warga asal Cangkring, Sembayat. Masyarakat sekitar masih menunggu perbaikan dari pemerintah yang tak kunjung datang.

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Suasana lengang di sekitar Jalan Asia Afrika di kawasan pusat Kota Bandung, Ahad, 3 April 2022. Hari pertama Ramadan, kawasan ini sepi aktivitas dibanding akhir pekan biasanya yang ramai wisatawan melihat aksi cosplay berkostum unik. TEMPO/Prima Mulia
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.


Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Warga menonton festival Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Agustus 2022.  Tari Ketuk Tilu yang merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong tersebut ditampilkan sebagai kemeriahan peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat yang diikuti sedikitnya 1.000 warga Jawa Barat. ANTARA/Novrian Arbi
Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.


Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Warga Tionghoa membersihkan patung Dewa-Dewi di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Jawa Tengah, 9 Februari 2018. Ritual pembersihan patung Dewa-Dewi yang berada di klenteng yang telah berusia 146 tahun itu untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada 16 Februari mendatang. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.


Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Peta Jalan Raya Pos yang tertera di atas Prasasti titik 0 (nol) Kilometer pembangunan Jalan Anyer-Panarukan di Pantai Bojong, Anyer, Kabupaten Serang, Jumat, 15 Mei 2015. Jalan dikerjakan dengan sistem kerja rodi pada Pemerintahan Gubernur Jenderal HIndia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.


Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Sebuah lukisan di karoseri bak truk kayu yang melintasi Jalan Siliwangi, Pantura, Jawa Tengah,  19 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.


Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kawasan Alas Roban, Jawa Tengah. Tempo/Budi Purwanto
Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.


Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Warung remang-remang di sepanjang Kawasan Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.


Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.


Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.


Menjelajah Keindahan Pasir Putih Situbondo  

27 Mei 2015

Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata di Situbondo, Jawa Timur, 15 Mei 2015. Pantai ini merupakan tempat wisata tertua di tepi Jalan Raya Pos Daendels. TEMPO/Ika Ningtyas
Menjelajah Keindahan Pasir Putih Situbondo  

Pantai Pasir Putih di Kecamatan Bungatan, Situbondo, Jawa Timur, cukup strategis, di sisi Jalan Raya Pos karya Gubernur Jenderal Daendels.