Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Editor

Nurdin Kalim

image-gnews
Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Herman Willem Daendels, Gubernur-Jenderal Hindia Belanda. Wikimedia.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Informasi mengenai Daendels hanya sebagian kecil dari apa yang disajikan di museum tersebut. Koleksi tentang Daendels menempati sebuah ruangan yang dinamai “Daendels Zaal”. Di ruangan itu terdapat lukisan Daendels saat memimpin kelompok patriot dan lukisan foto Daendels sebagai gubernur jenderal. Baju kebesaran militer Daendels lengkap dengan pedang dan kalungnya juga dipajang. Informasi tentang Daendels dapat dilihat melalui sebuah televisi plasma yang berada di pojok ruangan serta sebuah buku.

Menurut salah seorang petugas museum, rata-rata pengunjung yang datang ke museum tidak secara khusus ingin melihat koleksi Daendels. Pengunjung umumnya tertarik mencari informasi mengenai sejarah dibangunnya Kota Hattem pada 1299. Juga kebanyakan pengunjung ingin melihat karya berbagai pelukis yang berasal dari Hattem.

“Nah, saat memasuki museum itulah mereka jadi tahu bahwa ada seorang pemimpin kelompok patriot bernama Daendels yang berasal dari Kota Hattem. Jadi Daendels bukanlah tokoh favorit warga Belanda,” ujar petugas itu.

Sepak terjang Daendels sebagai orang Belanda yang membela kepentingan Prancis memang selama ini dinilai kontroversial. Dia dicap pengkhianat bagi Belanda dan dianggap pahlawan bagi Prancis. Tapi, menurut Peter Ramsay Carey, sejarawan asal Inggris, Daendels tidak bisa dikatakan sebagai pengkhianat. Sebab, posisi Prancis saat itu sama dengan Jepang pada Perang Dunia II di Jawa.

“Mereka datang sebagai pembebas dari penindasan Stadhouder (kepala negara Belanda) Pangeran William Oranye V dan memperkenalkan sistem kekuasaan republik,” kata Carey. “Daendels adalah pendukung dan menjadi anggota Unitarian Party yang menginginkan Belanda bersatu dengan Prancis. Dan saat itu banyak orang yang berpikiran sama dengan dia.”

Carey menambahkan, Prancis saat itu benar-benar dilihat Daendels sebagai sekutu dalam melawan feodalisme. Carey mengingatkan, Daendels memimpin revolusi patriot melawan Stadhouder pada 1786, sebelum melarikan diri ke Prancis. “Jadi, ketimbang Daendels, bisa dibilang Stadhouder Pangeran William Oranye-lah, yang membawa pedagang asing untuk menopang singgasananya, yang merupakan the real pengkhianat,” ujar sejarawan yang pernah meneliti Daendels ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi di Belanda sendiri tak banyak orang tahu tentang Daendels. Apalagi generasi sekarang. Itu diakui Koos van Brakel, Kepala Pengelolaan Koleksi Museum Nasional Budaya Dunia, Belanda. “Hanya para akademikus dan peneliti yang tahu Daendels,” katanya. “Maka benda yang dipamerkan di Tropenmuseum yang berkaitan dengan Daendels hanya satu obyek, yakni lukisan tentang grote post.”

Menurut Gerrit Kouwenhoven, Kepala Kantor Arsip Wilayah Hattem, rumah tempat Daendels lahir dan menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Jalan Kerkstraat Nomor 38, yang berjarak sekitar 150 meter dari museum, juga tak begitu dikenal. Di rumah bercat merah itu, lantai pertamanya kini menjadi toko pakaian Mode Janse dan lantai keduanya apartemen.

Begitu pula keberadaan rumah tinggal Daendels yang merupakan warisan dari mertuanya di nomor 9 pada jalan yang sama. Ketika Tempo bertanya kepada enam orang di sana, hanya satu yang bisa menunjukkan letak rumah yang kosong sejak istri Daendels wafat pada 1848 yang di depannya terdapat plang bertulisan “Daendels Huis” itu.

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Suasana lengang di sekitar Jalan Asia Afrika di kawasan pusat Kota Bandung, Ahad, 3 April 2022. Hari pertama Ramadan, kawasan ini sepi aktivitas dibanding akhir pekan biasanya yang ramai wisatawan melihat aksi cosplay berkostum unik. TEMPO/Prima Mulia
Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.


Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Warga menonton festival Tari Ketuk Tilu di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat, 19 Agustus 2022.  Tari Ketuk Tilu yang merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong tersebut ditampilkan sebagai kemeriahan peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat yang diikuti sedikitnya 1.000 warga Jawa Barat. ANTARA/Novrian Arbi
Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.


Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Warga Tionghoa membersihkan patung Dewa-Dewi di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Jawa Tengah, 9 Februari 2018. Ritual pembersihan patung Dewa-Dewi yang berada di klenteng yang telah berusia 146 tahun itu untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2569 yang jatuh pada 16 Februari mendatang. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.


Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Peta Jalan Raya Pos yang tertera di atas Prasasti titik 0 (nol) Kilometer pembangunan Jalan Anyer-Panarukan di Pantai Bojong, Anyer, Kabupaten Serang, Jumat, 15 Mei 2015. Jalan dikerjakan dengan sistem kerja rodi pada Pemerintahan Gubernur Jenderal HIndia Belanda yang ke-36, Herman Willem Daendels. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.


Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Sebuah lukisan di karoseri bak truk kayu yang melintasi Jalan Siliwangi, Pantura, Jawa Tengah,  19 Mei 2015. TEMPO/Budi Purwanto
Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.


Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kawasan Alas Roban, Jawa Tengah. Tempo/Budi Purwanto
Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.


Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Warung remang-remang di sepanjang Kawasan Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. TEMPO/Budi Purwanto
Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.


Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Sembayat di kawasan Kec. Manyar, Gresik, Jawa Timur, 11 Mei 2015.  TEMPO/Aris Novia Hidayat
Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai


Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Jalan di Kawasan Cadas Pangeran, Sumedang. Tempo/Tony Hartawan
Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.


Menjelajah Keindahan Pasir Putih Situbondo  

27 Mei 2015

Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tujuan wisata di Situbondo, Jawa Timur, 15 Mei 2015. Pantai ini merupakan tempat wisata tertua di tepi Jalan Raya Pos Daendels. TEMPO/Ika Ningtyas
Menjelajah Keindahan Pasir Putih Situbondo  

Pantai Pasir Putih di Kecamatan Bungatan, Situbondo, Jawa Timur, cukup strategis, di sisi Jalan Raya Pos karya Gubernur Jenderal Daendels.