Kenangan Masa Lalu Bangsa Portugis di Panarukan  

Reporter

Senin, 25 Mei 2015 18:29 WIB

Tugu Portugis berdiri di tengah lahan pertanian warga di Desa Peleyan, Panarukan, Situbondo. Tugu setinggi 3 meter ini adalah peninggalan Portugis yang membangun bandar ekonomi di Panarukan pada abad ke-16. TEMPO/Ika Ningtyas

TEMPO.CO, Situbondo - Tugu setinggi tiga kilometer itu tersembunyi di belakang rumah warga Panarukan, dikelilingi area pertanian padi yang subur menghijau. Orang kampung setempat menamainya Tugu Portugis.

Berujung lancip, tugu ini dipercaya sebagai satu-satunya peninggalan Portugis di Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Letaknya di sisi timur Sungai Sampeyan, Dusun Peleyan Barat, Desa Peleyan, Panarukan.

Jangan berharap ada papan penunjuk jalan menuju tugu ini. Saya hanya berbekal informasi dari Internet dan bertanya kepada tiga warga sekitar hingga menemukan lokasi tugu ini. Letaknya sekitar 2 kilometer dari monumen 1.000 KM Anyer-Panarukan.

Suniyah, warga setempat, mengatakan tugu ini sering didatangi pengunjung baik dari Surabaya dan Jakarta. Menurut Suniyah, tugu ini sudah ada ketika dia masih kanak-kanak. “Orang tua bercerita, tugu ini dibuat orang Portugis,” kata perempuan 50 tahun ini, Rabu, 13 Mei 2015.

Kondisi tugu itu memprihatinkan. Bopeng di mana-mana. Warna putihnya lusuh, dan dikepung ilalang di pinggirnya. Dari bagian yang bopeng, saya bisa melihat batu bata yang tersusun berukuran tebal dan besar. Tidak ada informasi yang tertulis di tugu ini.

Sejarawan Universitas Negeri Jember, Edy Burhan Arifin, mengatakan tugu itu satu-satunya peninggalan Portugis yang tersisa di Panarukan. Portugis datang dan mendirikan bandar dagang di sisi timur Sungai Sampeyan pada abad ke-16.



Sungai Sampeyan adalah sungai terbesar di Situbondo yang bermuara langsung ke laut Panarukan. “Dulu Sungai Sampeyan lebih dalam, sehingga kapal-kapal besar bisa masuk,” katanya, Rabu, 13 Mei 2015.

Edy menjelaskan, Pelabuhan Panarukan dulu menjadi satu-satunya pelabuhan besar di ujung timur Jawa. Panarukan sudah dikenal sejak era Majapahit. Puncaknya, ketika Raja Hayam Wuruk memilih Panarukan sebagai tempat pertemuannya dengan raja-raja dari timur.

Selain membangun bandar ekonominya di Pelabuhan Panarukan, Portugis menjadikan Panarukan sebagai pusat misionaris di ujung timur Jawa. Sejumlah gereja Katolik sempat didirikan di daerah yang dulunya pusat Kerajaan Blambangan ini. Karena ada ekspansi Islam dan perebutan kekuasaan, gereja-gereja tua akhirnya dihancurkan.

Menurut Edy, besarnya nama Panarukan pada masa silam membuat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memilihnya sebagai ujung Jalan Raya Pos, jalan sepanjang seribu kilometer yang dibangun dari Anyer. Daendels tahu betul Panarukan berpotensi besar sebagai daerah pertahanan dan ekonomi.

“Komoditas-komoditas penting dari ujung timur Jawa bisa dikirim lewat Panarukan,” kata penulis buku Quo Vadis Hari Jadi Situbondo ini.

IKA NINGTYAS


Advertising
Advertising

Berita terkait

Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

26 September 2022

Catatan Sejarah Paris van Java Menjadi Julukan Kota Bandung

Julukan Paris van Java untuk Kota Bandung mulai mencuat ketika acara Kongres Internasional Arsitektur Modern di Swiss pada Juni 1928.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

25 September 2022

Hari Ini 212 Tahun Lalu, Kota Bandung Diresmikan Daendels

Herman Williem Daendels meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang memindahkan ibu kota kabupaten melalui surat tanggal 25 Mei 1810.

Baca Selengkapnya

Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

12 Februari 2018

Kelenteng-kelenteng di Jalan Raya Pos Daendels

Pada Cap Go Meh, arak-arakan joli yang diikuti liong dari kelenteng-kelenteng itu ada yang melewati jalan Daendels.

Baca Selengkapnya

Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

28 Mei 2015

Senja yang Sempurna di Jalur Daendels

Nyaris tak ada jejak kejayaan pelabuhan di ujung Jalan Raya Pos Daendels ini.

Baca Selengkapnya

Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

27 Mei 2015

Kisah Seniman Pembuat Lukisan Bak Truk di Jalur Pantura

Tren lukisan di bak truk bergeser ke model stiker. Tetap khas dengan gambar nakal dan kalimat jail.

Baca Selengkapnya

Kisah Mayat di Alas Roban

27 Mei 2015

Kisah Mayat di Alas Roban

Jalan Daendels membelah Alas Roban yang terkenal angker dan rawan kejahatan. Jadi tempat pembuangan mayat.

Baca Selengkapnya

Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

27 Mei 2015

Prostitusi Pantura di Jalan Raya Pos

Prostitusi di jalur Pantura tumbuh sejak zaman Belanda. Titik lokalisasi mengikuti tempat istirahat para sopir truk.

Baca Selengkapnya

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

27 Mei 2015

Jembatan Ini Dulu Bertiang Pancang Manusia

Jadi alat untuk menghukum penduduk karena jembatan tak kunjung selesai

Baca Selengkapnya

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

27 Mei 2015

Misteri Makam Diduga Korban Kerja Paksa Jalan Daendels

Korban kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos diperkirakan juga dikubur langsung di sekitar Cadas Pangeran.

Baca Selengkapnya

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

27 Mei 2015

Daendels Tak Begitu Dikenal di Kota Kelahirannya

Di kota kelahirannya sendiri, Hattem, jejak jenderal bertangan besi ini hanya terdapat di Museum Voerman, museum sejarah Kota Hattem.

Baca Selengkapnya