Kampung Asei, Penghasil Lukisan Kulit Kayu Dunia  

Reporter

Jumat, 12 September 2014 05:32 WIB

Lukisan kulit kayu dari Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, 11 September 2014. TEMPO/Cunding Levi

TEMPO.CO , Jayapura:Lukisan kulit kayu. Salah satu cenderamata yang sering dicari para turis atau siapa saja yang berkunjung ke Kabupaten Jayapura. Sebab lukisan motif khas budaya setempat yang tertuang di atas selembaran kulit kayu sejenis pohon bergetah (ficus), yang warga setempat menyebutnya pohon ‘Khobouw’ ini, memang tak ada duanya di dunia.

Untuk mendapatkan lukisan kulit kayu ini, bisa dibeli di Kampung Asei Besar, yang terletak di Kabupaten Jayapura, Papua. Harganya bervariasi dari Rp 50 ribu hingga jutaan rupiah tergantung ukuran dan motif lukisannya. Kampung Asei Besar, yang terletak di sebuah pulau dengan jumlah penduduk sekitar 75 kepala keluarga, memiliki tradisi melukis di atas kulit kayu yang kuat dari yang tua hingga anak-anak.

“Tradisi melukis di atas kulit kayu telah dimulai sejak tahun 1600-an. Tradisi ini sempat punah dengan perkembangan zaman. Kulit kayu ini merupakan kelengkapan hidup sebagai busana yang dalam bahasa kami disebut malo. Akibat busana beralih ke bahan dasar kain dan tekstil lainnya, maka lukisan di atas kulit kayu ini pun mulai ditinggali,” kata salah satu pelukis kulit kayu dari Kampung Asei Besar bernama Corry Ohee, saat ditemui di Kampung Asei Besar, Kamis, 11 September 2014.

Tapi pada 1975, kata Corry, antropolog asli Papua Arnold Ap dan Danielo Constantino Ayamiseba menggerakkan kembali tradisi mengukir atau melukis kulit kayu, ukiran asli Suku Asei. Hingga saat ini tradisi itu terus dilanjutkan. Bahkan, lukisan kayu diperkenalkan ke manca negara seperti di sejumlah negara di Eropa.
<!--more-->

Menurut Corry, sejumlah lukisan asli kulit kayu milik Suku Asei masih tersimpan rapi di sejumlah museum-museum besar di daratan Eropa. Salah satu budayawan berkebangsaan Eropa, Prof Jac Hoogerbruge, mengumpulkan foto-foto lukisan tersebut di sejumlah negara Eropa dan membuat buku tentang lukisan kulit kayu itu.

Lukisan kulit kayu berbahan dasar kulit kayu sejenis pohon bergetah, seperti pohon beringin, pohon sukun, dan pohon nangka memang unik. Proses pengolah hingga menjadi kulit kayu dengan cara, kulit pohon yang sudah ditebang dari pohonnya dikuliti tipis-tipis, lalu ditumbuk, dibilas dan dijemur hingga kering. Setelah itu baru dapat digunakan untuk melukis atau mengukir.

Beberapa motif kulit kayu yang biasanya dilukis warga setempat, yakni motif yang bernuansa kekayaan alam, kearifan local, dan keadaan di sekitar lingkungan warga. “Tapi tiap lukisan yang dihasilkan memiliki makna bagi keberlangsungan kehidupan warga setempat,” katanya.

Namun menurut Corry, ada beberapa motif yang wajib dan sering digunakan warga dalam lukisan di kulit kayunya, yakni motif Yoniki. Motif ini merupakan lambang kebesaran dan keagungan seorang raja atau ondofolo di adat penduduk Sentani. Yoniki adalah motif tertinggi untuk seluruh Ondofolo di Sentani.
<!--more-->

Motif lainnya, kata Corry, ada seperti Fouw. Fouw melambangkan ikatan bersama dalam kekeluargaan dan biasanya berbentuk bulat. “Kemudian juga ada motif Aye-Mehele, Iuwga, Kino, O Mane-Mane, Rasyin Rale, Kheleuw, Khaley, dan Kheyka,” katanya.

Sedangkan warna dasar atau dominan yang terdapat dalam lukisan kulit kayu itu adalah warna hitam warna yang dihasilkan dari jelaga atau arang kayu dan arang periuk, kemudian warna putih yang dihasilkan dari kapur untuk pinang sirih, dan warna merah yang dihasilkan dari batu kapur merah. “Setiap warna-warna ini kemudian bisa dicampur dengan bahan lainnya, seperti getah pohon sukun, air dan minyak kelapa,” katanya.

Akibat meningkatkan permintaan dan banyaknya kunjungan turis ke kampung ini, saat ini warna-warna itu kadang diganti dengan cat sintetis. Tapi jika ada permintaan lukisan kulit kayu dengan menggunakan bahan-bahan pewarna asli, warga setempat bisa kami sediakan tapi harganya akan berbeda dengan pewarna sintetis.

CUNDING LEVI

Berita lain:

Pengunjung Dieng Gagal Nonton Jazz di Atas Awan

Ayo, Kunjungi Pameran Wisata dan Ekonomi Kreatif!

Mengayuh Pedal di Tepi Swan River (Bagian 3)




Berita terkait

9 Pantai Papua Terbaik yang Cocok untuk Diving dan Snorkeling

24 Januari 2023

9 Pantai Papua Terbaik yang Cocok untuk Diving dan Snorkeling

Daftar pantai terbaik dan cantik di Papua yang menyuguhkan keindahan alam serta menghadirkan beragam permainan air seru.

Baca Selengkapnya

15 Tempat Wisata di Papua yang Populer, Seperti Surga Tersembunyi

22 Januari 2023

15 Tempat Wisata di Papua yang Populer, Seperti Surga Tersembunyi

Tempat wisata di Papua yang lagi hits serta menyajikan keindahan alam memukau dan menjadi tujuan utama wisatawan

Baca Selengkapnya

Buah Pala Papua, Tak Sekadar Bahan Makanan untuk Masyarakat Fakfak

5 April 2022

Buah Pala Papua, Tak Sekadar Bahan Makanan untuk Masyarakat Fakfak

Buah pala Papua merupakan salah satu varietas pala Indonesia yang berkualitas.

Baca Selengkapnya

Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya

17 Oktober 2021

Desa Wisata Swandarek, Raja Ampat, Ada Sambutan Hangat dari Elis dan Pasukannya

Desa Wisata Swandarek di Raja Ampat, Papua Barat, punya pantai pasir putih yang indah. Air laut begitu bersih dan jernih.

Baca Selengkapnya

PON Papua, Hasil Kriya Kulit Kayu dari Kampung Asei Jadi Oleh-oleh Favorit

14 Oktober 2021

PON Papua, Hasil Kriya Kulit Kayu dari Kampung Asei Jadi Oleh-oleh Favorit

Hasil kriya kulit kayu dari Kampung Asei Papua itu bisa diolah menjadi tas, lukisan hingga rok rumbai khas.

Baca Selengkapnya

Wisata Papua Barat, Rekomendasi Trip Satu Hari di Raja Ampat

12 Oktober 2021

Wisata Papua Barat, Rekomendasi Trip Satu Hari di Raja Ampat

Berikut rekomendasi destinasi wisata yang menarik untuk wisatawan yang hanya punya satu hari jalan-jalan di Raja Ampat, Papua Barat.

Baca Selengkapnya

PON XX Papua 2021, Beda Nasib Dua Bukit yang Jaraknya Hanya 100 Meter

9 Oktober 2021

PON XX Papua 2021, Beda Nasib Dua Bukit yang Jaraknya Hanya 100 Meter

Dua bukit di sekitar Danau Sentani, Papua, ini punya nasib yang kontras. Atlet dan wisatawan PON XX Papua 2021 lebih banyak datang ke salah satunya.

Baca Selengkapnya

PON Papua, Atlet Bisa ke PLBN Skouw dan Lihat Atraksi Adat Suku Saireri

5 Oktober 2021

PON Papua, Atlet Bisa ke PLBN Skouw dan Lihat Atraksi Adat Suku Saireri

Selama PON Papua, masyarakat dari Saireri memperkenalkan salah satu budayanya yang biasa digelar saat menyambut tamu kehormatan di PLBN Skouw.

Baca Selengkapnya

Taman Nasional Wasur di Papua, Surga Fauna Endemik Bumi Cenderawasih

30 September 2021

Taman Nasional Wasur di Papua, Surga Fauna Endemik Bumi Cenderawasih

Taman Nasuional Wasur di Papua menjadi habitat bagi beragam jenis hewan endemik khas bumi cenderawasih, bahkan yang sudah langka.

Baca Selengkapnya

Merauke Jadi Lokasi PON Papua, Lihat Ragam Destinasi Wisata Uniknya

29 September 2021

Merauke Jadi Lokasi PON Papua, Lihat Ragam Destinasi Wisata Uniknya

Untuk para tamu PON Papua, Merauke menawarkan destinasi wisata menarik dan indah yang bisa dikunjungi.

Baca Selengkapnya