TEMPO.CO, Kutoarjo - Rumah kuno khas Cina bercat putih itu berdiri nyempil di jantung kota. Sirap-sirap kayu warna hijau tua menutup muka bangunan di Jalan Pangeran Diponegoro 59, Kutoarjo. Papan etalase bertuliskan menjual kue lompong “King” tampak dari luar.
Di dalam bangunan itu, ada kelambu lusuh dan perkakas rumah yang berserakan. Di balik kelambu, tampak tampah berisi kue yang dibungkus daun pisang kering, berbentuk segi empat. Dua potong lidi menyemat ujung daun kering yang disebut klaras.
Kue hitam manis itu disebut kue lompong, penganan khas Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Rasa makanan itu legit dan kenyal. Bahan dasarnya batang daun talas atau lompong, tepung merang, tepung ketan, dan gula pasir. Isinya, tumbukan kacang tanah.
Di kota ini, berderet toko menjual kue lompong. Harga rata-rata Rp 2.000 per biji. Namun ada satu toko yang menjual kue itu dengan harga di atas rata-rata, yaitu Rp 3.500 per biji. “Kami menjaga betul kualitas bahan. Kue kami bebas bahan pengawet,” kata pemilik toko King, Ruth Sarijani Gondo Santoso, Kamis, 20 Maret 2014.
Ruth mengatakan usaha itu dari leluhurnya. Menurut dia, kue lompong King ada di Kutoarjo sejak 1930. Namun Ruth meneruskan usaha itu sejak 1958. Dia tidak menyetor kue itu ke toko-toko karena khawatir dicampur bahan pengawet.
Batang talasnya didapat dari penduduk sekitar Kutoarjo. Batang talas itu dikupas bersih lalu dipotong kecil-kecil. Bahan dasar itu direndam hingga terbebas dari getah. Batang talas lalu direbus hingga menjadi bubur.
Selanjutnya, disaring untuk diambil sarinya hingga menghasilkan warna kehitaman. Untuk mendapatkan warna hitam yang lebih pekat, adonan itu dicamput tepung merang atau bubuk batang padi yang dibakar. Setiap hari, Ruth memproduksi 10 kilogram kue. Pembeli bisa membelinya bijian ataupun dalam boks berisi 15, 30, dan 50 biji.
Kue lompong King banyak diburu pembeli untuk oleh-oleh saat bepergian ke Singapura, Amerika Serikat, dan Jerman. Kebanyakan para pembeli itu dari Semarang, Yogyakarta, dan Magelang. Satu di antaranya adalah Edy Kristanto dari Semarang. “Kue ini legendaris. Saya langganan untuk oleh-oleh,” katanya.
SHINTA MAHARANI
Topik terhangat:
Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century
Berita terpopuler lainnya:
Ketua KPK: Hedonis, Nurhadi Dekat dengan Korupsi
Subsidi Membengkak, Hatta: RFID Omong Doang!
Ini Spesifikasi Samsung Galaxy S5 di Indonesia
Bali, Obyek Wisata yang Paling Disukai Warga Rusia
Berita terkait
Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner
7 hari lalu
Festival kuliner ini diharapkan jadi ajang promosi potensi kuliner daerah sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Food Smart City.
Baca SelengkapnyaChef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai
8 hari lalu
Chef Juna dan Chef Renatta kenalkan Siput Popaco dan Sayur Lilin dari Morotai
Baca SelengkapnyaMembawa Kuliner Sichuan ke Jakarta
10 hari lalu
Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina
Baca SelengkapnyaPerkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor
11 hari lalu
PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.
Baca SelengkapnyaIkan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan
17 hari lalu
Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru
Baca SelengkapnyaSolo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!
21 hari lalu
Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024
Baca SelengkapnyaDatang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini
30 hari lalu
Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?
Baca Selengkapnya10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura
31 hari lalu
Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.
Baca SelengkapnyaJadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati
32 hari lalu
Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini
33 hari lalu
Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.
Baca Selengkapnya