TEMPO.CO, Sleman - Di balik kenikmatan makanan angkringan di Yogyakarta ada penyakit yang menghantui penikmatnya. Para penjual makanan angkringan harus menyajikan makanan secaara higienis, sehat dan kwalitasnya terjaga.
Di Kabupaten Sleman saja, banyak mahasiswa yang suka nongkrong di angkringan dan menderita Hepatiitis A. Hingga pertengahan Mei 2013 ada 142 penderita Hepatitis A, mayoritas penderitanya yang suka makan makanan angkringan.
"Untuk mengatasi hal itu, Dinas Kesehatan melakukan penyuluhan dan edukasi kepada pedagang kuliner angkringan," kata Bupati Sleman Sri Purnomo, saat acara Festival Angkringan di Taman Kuliner, Condongcatur, Depok, Sleman, Sabtu malam (11/5).
Penderita Hepatitis A di Sleman pada 2013 tercatat Januari ada 4 penderita, Februari 7 penderita. Jumlah itu naik secara signifikan pada Maret yang mencapai 88 penderita. Sedangkan pada April menurun menjadi 42 penderita dan Mei ini hanya 1 penderita Hepatitias A.
Edukasi kepada para pedagang angkringan itu antara lain dengan cara mereka memberikan kaporit untuk chlorinasi air bersih yang digunakan. Lalu pemeriksaan specimen makanan, alat makan yang higienis, alat masak yang bersih dan menjaga air untuk memasak selalu bersih.
Selain itu, juga swaping penderita Hepatitis A. Lalu dilakukan pelacakan kasus yang sering terjadi mayoritas terhadap mahasiswa ini. Pada Festival Angkringan itu, masyarakat bisa makan makanan gratis yang disediakan sekitar 50 penjual angkringan. Bak pesta rakyat, festival itu juga dimeriahkan dengan pergelaran seni budaya dari Nusa Tenggara Barat, Timor Timur, Tana Toraja, Jawa Barat, Yogyakarta dan ada juga penampilan barongsai.
Berkaitan dengan penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang dijual di angkringan itu, tidak hanya kebersihan makanan yang dijual. Tetapi juga bahan-bahan makanan yang dihidangkan. "Meskipun harganya murah, tetapi pedagang harus memberikan jaminan kesehatan kepada konsumen," kata dia.
Selain itu, kata dia, proses memasak dan pembuatan makanan juga harus dipaerhatikan higienitasnya. Jika itu terjaga, maka kesehatan para konsumen juga bisa terjamin. Bagi pedagang angkringan yang sedang sakit flu, diare atau typus juga diharuskan berhenti jualan. Sebab, penyakit itu bisa menular melalui makanan yang disentuh.
Ia menambahkan, usaha kuliner angkringan merupakan sebuah budaya yang tidak lekang oleh zaman. Pada perkembangannya, bahkan pedagang angkringan sudah merambah hotel kelas bintang. Juga di beberapa tempat nongkrong yang ada angkringannya juga disediakan hot spot internet bagi pelanggan. Jumlah angkringan di Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan mencapai lebih dari 100 ribu tersebar di semua wilayah. Di Kecamatan Depok saja ada 6.000 an pedagang. "Angkringan ini menjadi salah satu karakter budaya masyarakat," kata Sri Purnomo.
Menurut Krido Suprayitno, Camat Depok Sleman, Festival Angkringan ini sebagai perangsang bagi pengusaha angkringan untuk lebih meningkatkan higienitas masakan dan nakanan. Juga kreativitas untuk menarik konsumen. "Festival Angkringan ini juga dilombakan," kata dia.
MUH SYAIFULLAH
Terhangat:
Teroris | Edsus FANS BOLA | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Baca Juga:
Reuni Mesra Ahmad Fathanah & Istri Mudanya
PKS Bungkam Soal Kicauan Mahfudz Siddiq
KPK: PKS Jangan Membalikkan Fakta
Fatin Lupa Lirik, Bebi: Ini Bukan Idola Cilik
Ahok: Komnas HAM Tidak Paham Keadilan
Rumah Seharga Rp 5,8 M, Fathanah Masih Nunggak
Ahok: Pemprov Tak Perlu Datang ke Komnas HAM
Istri Wali Kota Belanda Berebut Foto Bareng Jokowi
Ahok Ingin Tahu Alasan Detil Penolakan Deep Tunnel