Serba Lebay di Warung Bebek Sinjay  

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 8 November 2012 12:58 WIB

Bebek Ali

TEMPO.CO, Bangkalan - Hartono, 35 tahun, mulai tampak kesal. Jarum jam baru menunjuk angka 11.00 siang, tapi 50 bungkus nasi bebek Sinjay pesanannya baru bisa diambil empat jam kemudian. "Sudah sejam di sini tapi kehabisan bebek, baru ada jam dua siang," kata warga Surabaya ini, Rabu, 7 November 2012.

Tak sabar, Hartono mencoba memesan langsung ke sang pemilik warung nasi Bebek Sinjay, Zainal Arifin, 33 tahun. Tapi tidak berhasil. "Bebeknya lagi dimasak, tinggal jeroan," kata Zainal kepada Hartono. Zainal lantas menyarankan Hartono agar memesan bebek di warung lain. "Maunya bebek sini, mau dibawa ke Jakarta," ujar Hartono.

Ya, untuk menyantap sepiring nasi bebek Sinjay memang butuh perjuangan. Hartono hanyalah kisah kecil. Setiap hari lebih dari 1.000 pelanggan warung nasi Bebek Sinjay yang terletak di Desa Junok, Kabupaten Bangkalan memang harus antre berjam-jam. "Sudah biasa menerima keluhan seperti dari Pak Hartono," kata Zainal kepada Tempo.

Makan di warung Bebek Sinjay berbeda dengan di warung atau rumah makan lain. Jika di restoran lain, pembeli bisa langsung memilih kursi kemudian memesan makanan kemudian membayar. Namun, di Bebek Sinjay, setiap pembeli harus membayar lebih dahulu. Di loket pembayaran antrean tidak pernah kurang dari 5 meter seperti antrean membeli tiket konser musik. Inilah antrean pertama di warung Bebek Sinjay.

Setelah membayar dan mendapat kupon, antrean jilid kedua menanti. Penuhnya pengunjung membuat pembeli tidak mudah mendapatkan kursi. Setelah mendapat kursi pun, pembeli harus bersabar karena harus antre mendapatkan pesanan.

Jika dihitung-hitung, setiap pengunjung harus mengantre minimal 1,5 jam untuk seporsi bebek Sinjay. "Sebel juga antre lama, tapi ditungguin saja, penasaran rasanya bebek Sinjay, sangat terkenal di Surabaya," kata Maulida, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya.

Zainal, sang pemilik Bebek Sinjay, pun heran, meski banyak pembeli yang mengeluh karena lama mengantre. "Tapi mereka kembali lagi ke sini, Alhamdulilah," katanya sembari tertawa kecil.

Ramainya warung nasi Bebek Sinjay memang tidak wajar. Dibuka mulai pukul 07.00 pagi dan tutup sore hari pukul 17.00, lebih dari 500 kursi yang disediakan selalu penuh terisi pembeli. Isu-isu tak sedap pun muncul.

Gosip memakai dukun dan penglaris menjadi pembicaraan umum di kalangan masyarakat Bangkalan. Apalagi, komposisi hidangan dalam seporsi nasi bebek Sinjay tidak terlalu istimewa, bahkan kurang lebih sama dengan hidangan bebek di warung lain, yaitu nasi, sepotong bebek goreng kremes, daun kemangi, dan sambal mangganya. "Saya juga dengar isu itu, tapi itu tidak benar," ujar Zainal.

Menurut Maulida, rasa bebek Sinjay memang nikmat. Meski digoreng tanpa memakai tepung, bebek sinjay terasa kremes dan empuk. Sangat cocok dengan sambal mangganya. Yang terpenting bagi Maulida harga bebek Sinjay yang dibanderol Rp 18 ribu per porsi sangat pas untuk kantong mahasiswa. "Tempatnya sederhana, tidak elitis, jadi tidak sungkan mau masuk," tutur Maulida.

Zainal mengatakan tidak terlalu ambil pusing mengenai gosip perdukunan itu selama yang dikerjakannya tidak melanggar agama. Menurut lelaki berbadan gempal ini, kunci kesuksesannya adalah menjaga kualitas hidangan, seperti tidak menggunakan bebek berbobot di atas 1,4 kilogram. "Harga bebek di bawah 2 kilogram juga murah," katanya.

Ketika ditanya soal resepnya, Zainal enggan membeberkan. Bahkan, saking takutnya resep bebek Sinjay bocor, Zainal tidak memperkerjakan orang luar. Sebanyak 25 pegawainya seluruhnya masih punya ikatan keluarga. "Dulu pernah pekerjakan orang luar, maunya masuk dapur terus," katanya.

Dibuka mulai 2001, awalnya warung bebek Sinjay hanya sebuah warung kecil pinggir jalan. Menu bebek merupakan hidangan sejak awal pendirian, karena Zainal dulunya beternak bebek. "Sebagai petani banyakan menganggur. Jadi saat tidak menanam, iseng buka warung," kata Zainal.

Niat iseng berubah serius. Ramainya pembeli membuat Zainal dan keluaga besar memperluas warung dua tahun kemudian. Rupanya warung yang baru tidak cukup menampung jumlah pembeli dan pada 2008 diperluas lagi hingga menelan lahan setengah hektare, lengkap dengan lokasi parkir yang luas. "Kalau weekend masih tidak cukup juga," kata Zainal.

Nama Sinjay sendiri awalnya merupakan nama bengkel yang dikelola keluarga Zainal. Tahun 1998, nama Sinjay populer di dunia radio kontek (radio orari), saat bermain radio kontek, Zainal memakai nama samaran Sinjay. "Setelah warung ramai, saya kasih nama Sinjay. Nama ini memang bawa hoki," kata Zainal.

Selain alergi bicara resep, Zainal juga alergi bicara omzet. Jika besaran omzet diketahui oleh pemerintah daerah, Zainal khawatir besaran pajak warungnya akan dinaikkan. "Anda tahulah di Bangkalan ini ngeri soal pajak," ucapnya tanpa memerinci lebih jauh.

MUSTHOFA BISRI

Berita lain:
Agenda Wisata di Solo Belum Dikelola Optimal

Maros Ingin Kembalikan Kejayaan Wisata Bantimurung

Jaringan Telpon Kabel di Kawasan Bromo Lumpuh

Tabuh Genting di Ceramic Music Festival 2012

Kereta Uap Kuno Jaladara Berhenti Beroperasi






Berita terkait

Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner

6 hari lalu

Solo Indonesia Culinary Festival 2024, Ada Pembagian 1.000 Porsi Soto hingga Edukasi Kuliner

Festival kuliner ini diharapkan jadi ajang promosi potensi kuliner daerah sekaligus memperkuat branding Solo sebagai Food Smart City.

Baca Selengkapnya

Chef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai

7 hari lalu

Chef Juna dan Renatta Kenalkan Dua Kuliner Khas Tanah Morotai

Chef Juna dan Chef Renatta kenalkan Siput Popaco dan Sayur Lilin dari Morotai

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

9 hari lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

10 hari lalu

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.

Baca Selengkapnya

Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

16 hari lalu

Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan

Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru

Baca Selengkapnya

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

20 hari lalu

Solo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!

Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024

Baca Selengkapnya

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

29 hari lalu

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?

Baca Selengkapnya

10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

31 hari lalu

10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura

Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.

Baca Selengkapnya

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

32 hari lalu

Jadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati

Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.

Baca Selengkapnya

Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

32 hari lalu

Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.

Baca Selengkapnya