TEMPO.CO , Banyuwangi - Dari namanya, dua makanan ini mengundang tanda tanya: sego santet dan sego pelet. Nama unik makanan ini akhirnya berhasil membuat saya penasaran untuk ikut mencicipinya ketika mengunjungi Dapur Oesing, sentra kuliner di Jalan Ahmad Yani, Kabupaten Banyuwangi.
Di benak tiap orang, santet pasti menjadi sesuatu yang menakutkan. Apalagi santet selama ini kerap menjadi julukan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, setelah tragedi pembunuhan dukun santet 1998 silam.
Dua makanan itu berada di gerai 31. Pemiliknya adalah wanita setengah baya bernama Pamorsih Tuhu Mitayani, 34 tahun. Saya langsung memesan dua menu itu sekaligus sebagai santapan makan siang, Selasa, 5 Juni 2012.
Rasa penasaran akan "santet" dan "pelet" akhirnya buyar ketika Bu Pamor mengantarkan makanan itu di meja saya. Sego santet artinya nasi dengan ayam goreng pedas, sambal tiga warna, lalapan daun singkong serta kerupuk nasi. Sedangkan sego pelet hidangannya hampir sejenis. Hanya, memakai olahan ayam bakar berkuah santan dan satu jenis sambal.
Rasa penasaran berikutnya tentu saja adalah rasa. Secara bergiliran saya mencoba makanan itu satu per satu. Sego santet punya rasa gurih, tapi pedas ayamnya membakar di lidah. Selain karena bumbunya, pedas berasal dari sambal tiga warna. Tiga jenis sambal itu adalah sambal hitam yang terbuat dari keluwak, sambal tomat terasi serta sambal dari cabai hijau.
Menurut Bu Pamor, pedas ayam santet karena memakai setengah kilogram cabai rawit merah dalam satu resep. "Makanan ini khusus bagi penyuka rasa pedas," dia bertutur. Sedangkan ayam pelet rasanya tidak terlalu pedas karena cabai rawitnya hanya seperempat kilo. Namun kuahnya cukup gurih dan menyegarkan.
Baik ayam santet maupun pelet sama-sama menggunakan ayam kampung. Namun dagingnya tetap empuk di lidah. Hal itu, menurut Pamorsih, karena ayam terlebih dahulu harus dipanaskan di atas api yang nyalanya kecil selama tiga jam. "Setelah itu ayam digoreng atau dibakar," kata dia.
Menurut perempuan yang membuka usaha catering ini menu tersebut merupakan kreasinya sendiri karena olahan ayam masih cukup diminati di Banyuwangi. Nama santet dan pelet pun dipilih karena tak lepas dari filosofinya di masyarakat.
Menurut dia, ada anggapan yang salah tentang santet Banyuwangi. Santet dan pelet sebenarnya tidak berbahaya, melainkan membantu suami-istri yang ingin rujuk atau membuat hati seseorang lebih menyenangi pasangannya. Dan, kebanyakan mereka yang memakai santet akan ketagihan dan datang lagi. "Saya berharap mereka yang mencicipi masakan saya mau datang beli lagi, ha... ha... ha...," katanya sambil terbahak.
Triknya memang jitu. Meski baru buka tiga bulan, pembeli nasi santet dan pelet tak pernah sepi. Rata-rata setiap hari Pamorsih harus memasak 12 kilogram ayam. Kedua menu itu pun dibanderol Rp 13 ribu per porsi, harga yang ramah di kantong.
Nama makanan memang jadi salah satu daya tarik bagi pembeli. Namun rasa tetap jadi patokan nomor satu. Bila nama menarik, dan rasanya nikmat, dijamin pembeli akan terus berdatangan.
IKA NINGTYAS
Berita lain:
Gebyar Piala Eropa 2012
Awan Terbelah Bikin Geger Yogya
Dokter: Air Mata Kristal Tina Ternyata Palsu
Terganggu Obrolan, SBY Hentikan Pidatonya
Awas, 7 Mobil Ini Dinilai Berbahaya!
Dahlan Senang Uang Setan Dimakan Jin
Berita terkait
Ikan Arsik dan Mie Gomak Khas Danau Toba Jadi Incaran Wisatawan
1 hari lalu
Ada dua masakan khas masyarakat sekitar Danau Toba yang menjadi incaran pelancong dari berbagai penjuru
Baca SelengkapnyaSolo Indonesia Culinary Festival 2024 Bakal Digelar di Stadion Manahan Solo, Catat Tanggalnya!
4 hari lalu
Bagi penggemar kuliner masakan khas Indonesia jangan sampai melewatkan acara Solo Indonesia Culinary Festival atau SICF 2024
Baca SelengkapnyaDatang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini
13 hari lalu
Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?
Baca Selengkapnya10 Makanan Paling Aneh di Dunia, Ada Keju Busuk hingga Sup Kura-kura
15 hari lalu
Berikut ini deretan makanan paling aneh di dunia, di antaranya keju busuk asal Italia, Casu Marzu, dan fermentasi daging hiu.
Baca SelengkapnyaJadi Nasabah KUR BRI Sejak Tahun 2000, Sate Klathak Pak Pong Ramai Diminati
16 hari lalu
Di akhir pekan dan di hari libur panjang dapat menyembelih 40-50 ekor kambing sehari dengan omzet sekitar Rp35-50 juta per bulan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini
16 hari lalu
Cirebon memiliki sejumlah kuliner yang bersejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.
Baca SelengkapnyaResep Gurame Nyat Nyat Kuliner Primadona Khas Bangli
19 hari lalu
Gurame nyat nyat adalah kuliner primadona yang banyak diminati wisatawan domestik dan manca negara saat berkunjung ke Bangli, Bali. Ini resepnya.
Baca Selengkapnya5 Destinasi yang Menyajikan Makanan Khas Idul Fitri di India
21 hari lalu
Kota-kota di India ini bisa menjadi inspirasi destinasi para pecinta kuliner mencicipi hidangan khas Idul Fitri
Baca SelengkapnyaTren Wisata Kuliner Jadi Momentum Gerakkan Penggunaan Bahan Pangan Lokal
29 hari lalu
Banyak bahan baku pangan lokal yang bisa digunakan sebagai subtitusi bahan impor untuk membuat produk kuliner sejenis, seperti mi.
Baca SelengkapnyaKonten Kuliner Bermunculan saat Ramadan, Ini Komentar MUI
31 hari lalu
Bolehkah mengunggah konten atau foto-foto makananan dan kuliner saat orang tengah berpuasa Ramadan? SImak penjelasan berikut.
Baca Selengkapnya