TEMPO.CO, Putussibau - Sebanyak 12 anggota Tim Ekspedisi Heart Of Borneo 2017 berangkat menjelajahi hutan Kalimantan, Sabtu, 25/8. Mereka berangkat dari Putussibau di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, menuju Balikpapan di Kalimantan Timur.
Menurut Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Kapuas Hulu Arief Mahmud, tim ekspedisi akan menjelajah kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dari arah barat di Hulu Sungai Kapuas Kalbar melalui pegunungan Muller Swachner menuju ke arah timur di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Tim itu dilepas olehArief Mahmud.
Baca Juga:
Arief menjelaskan tim ekspedisi meliputi staf balai besar taman nasional dan warga Tanjung Lokang. Mereka orang-orang terlatih yang mampu bertahan di dalam hutan. "Masing-masing memiliki kemampuan survival, identifikasi potensi wisata, fotografer, videografer dan perpetaan," kata Arief.
Tim ekspedisi akan menjelajah lebatnya hutan, keganasan riam-riam sungai dan tebing-tebing di pedalaman Kalimantan selama 14 hari mulai 26 Agustus sampai 8 September. Misi mereka adalah memetakan dan mendokumentasikan jalur ekspedisi di jantung hutan Borneo.
Tim ekspedisi memulai perjalanan dari Putussibau menuju Desa Bungan Jaya, yang membutuhkan waktu satu hari menggunakan speedboat.
Keesokan harinya tim akan melanjutkan perjalanan satu hari menggunakan sampan kecil bermesin yang dicebut cess ke Desa Tanjung Lokang.
Dari Desa Tanjung Lokang tim akan melakukan perjalanan darat selama kurang lebih sepuluh hari menuju ke kampung Tiong Ohang di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
"Perjalanan selanjutnya adalah menuju Long Bangun kemudian dilanjutkan ke Samarinda dan akan berakhir di Balikpapan," jelas Arief.
Ketua Tim Ekspedisi Mustarudin mengatakan tim telah mempersiapkan diri secara fisik dan mental menelusuri jalur Cross Heart of Borneo. "Kami juga telah membekali tim dengan peralatan yang sangat memadai berupa kamera DSLR, Drone, GPS, HP Satelit," kata dia.
Penjelajah dan dokter perwira berkebangsaan Belanda bernama Anton Willem Niewenhuis menemukan jalur ekspedisi yang disebut Cross Heart of Borneo pada 1896-1897.
Niewenhuis menjelajahi pedalaman Borneo Tengah. Ia memulai ekspedisi pada 3 Juli 1896 dari Putussibau dengan 12 sampan dan 50 awak perahu dari Suku Kayan.
Mengikuti jalan setapak sebelah selatan, mereka menelusuri Sungai Bungan dan Bulit, lalu turun ke Sungai Penane dan Kaso di sebelah timur.
Meski ekspedisi itu merupakan ekspedisi pemerintah kolonial, sebagai ilmuwan Nieuwenhuis juga memperhatikan etnografi dan kondisi medis manusia Dayak dan alam sepanjang Kapuas Mahakam.
Arief mengatakan perjalanan bersejarah itu masih tercatat dengan baik dan membuat penasaran para penjelajah. Belum banyak yang mendokumentasikan jalur itu.
Balai Besar TNBKDS membentuk tim Ekspedisi Cross Heart of Borneo 2017 untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan dengan foto dan video, dan memetakan. Tim juga akan menyebarluaskan jalur ekspedisi tersebut serta potensi wisata dan keanekaragaman hayati di sepanjang jalur hulu Sungai Kapuas dan hulu Sungai Mahakam.
Dia berharap jalur itu akan makin dikenal dan menarik perhatian para wisatawan minat khusus baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
ANTARA