TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan bahwa promosi fenomena langka gerhana matahari total (GMT) telah dilakukan sejak dua tahun lalu.
Menurut Safri, sejak rapat koordinasi pertama yang digelar pada Juli 2015, telah diputuskan puncak kegiatan GMT akan diselenggarakan di Bangka Belitung. Sementara itu, wilayah lain yang dilewati GMT tetap melaksanakan kegiatan untuk menyaksikan peristiwa tersebut.
"Bahkan, ada rencana Presiden Jokowi akan memimpin sidang kabinet di atas kapal. Yang pasti, kami mengundang mahasiswa, pelajar, dan ilmuwan untuk ikut menyaksikan. Kementerian Pariwisata sendiri akan mengkoordinasi yacht dari Singapura dan Malaysia untuk merapat ke Belitung," ujar Safri.
Kementerian Koordinator Kemaritiman menyatakan bahwa kegiatan dalam rangka peristiwa GMT pada 9 Maret mendatang akan dipusatkan di Bangka Belitung.
Safri menjelaskan bahwa promosi wisata untuk GMT 2016 telah berlangsung selama 2 tahun terakhir.
"Kami lihat ilmuwan dan wisatawan ini cari tempat. Lalu, kami lihat yang paling gampang itu ke Belitung meski wisatawan ilmuwan lebih banyak memilih Indonesia timur. Kami upayakan bagi ilmuwan itu untuk mengadakan seminar dulu di sini sebelum melihat GMT," kata Safri.
Pilihan ilmuwan ke kawasan timur disebabkan jangka waktu peristiwa GMT. Lapan menyatakan lama GMT antara berlangsung selama 1,5 hingga 3 menit, dan makin ke timur akan makin lama.
Waktu GMT di wilayah Indonesia bagian barat terjadi pada sekitar pukul 06.20 WIB, di wilayah tengah sekitar pukul 07.25 WITA, dan di wilayah timur sekitar pukul 08.36 WIT.
Pemilihan pusat kegiatan GMT di Belitung, lanjut Safri, juga disebabkan oleh panjangnya wilayah jangkauan di Belitung yang mengalami fenomena langka tersebut.
"Jangkauannya itu sekitar 150 kilometer, sebagian besar perairan Belitung dilewati oleh GMT meski itu pun hanya sekitar 2 menit. Jadi diputuskan dipusatkan di situ," katanya.
Dengan dipusatkan di perairan Bangka Belitung, tambah Safri, ada kesempatan untuk menarik lebih banyak wisatawan dan pemilik yacht dari negara tetangga untuk ikut datang.
"Pesan tiket dan hotel untuk hari-hari peristiwa tersebut pasti sudah penuh. Jadi kami koordinasi untuk menggunakan kapal. Kementerian Pariwisata juga akan mengoordinasi yacht dari Singapura dan Malaysia untuk merapat ke Belitung," katanya.
Menurut Safri, penggunaan kapal dalam mengamati peristiwa alam yang kemungkinan baru bisa dialami Indonesia 350 tahun lagi itu akan memudahkan wisatawan saat kondisi berawan.
"GMT itu sekitar pagi hari, seandainya pagi itu berawan, dengan kapal bisa mudah mencari tempat untuk menyaksikan fenomena tersebut," ujar Safri.
Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan bahwa fenomena alam GMT yang terjadi pada 9 Maret 2016 akan menjadi momentum untuk mendongkrak sektor pariwisata Indonesia.
"Ini kejadian yang sangat langka, yang akan berlangsung hanya dua menit saja. Kalau kita sebelumnya bisa membombardir imajinasi para wisatawan dengan promosi yang bagus, bagaimana kelangkaan ini, gejalanya apa, dan sebagainya, pasti wisatawan akan datang dengan antusias dan gembira," kata Rizal.
ANTARA