TEMPO.CO, Jakarta - Kampung Srengseng Sawah di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, akan dikembangkan menjadi sebuah tujuan ekowisata di Jakarta. Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mendorong warga untuk mengembangkan gagasan tersebut.
Berita lain: Trik Agar Harga Menginap di Hotel Bintang 5 Lebih Murah
"Kita ingin mengembangkan wilayah sini sesuai dengan kondisi alam," kata Djarot, Rabu, 8 Februari 2017. Dia mengajak warga untuk mempertahankan keasrian kawasan itu dengan berbagai pepohonan. “Sehingga (kawasan ini) tidak harus identik dengan gedung tinggi, apartemen, dan hotel.”
Dia mengajak warga untuk merevitalisasi Kampung Srengseng Sawah. "Kalau sungainya bagus, kita bisa bikin wisata sungai kasih perahu bagus," tuturnya.
Dalam laman Wikipedia.org disebutkan dahulu Srengseng Sawah disebut Srengseng saja. Orang Belanda menyebutnya Sringsing. Mungkin karena di situ banyak dibuka persawahan, maka kemudian disebut Srengseng Sawah. Atau, mungkin juga untuk membedakannya dengan Srengseng di Jakarta Barat, yang sekarang menjadi nama kelurahan di wilayah Kecamatan Kebon Jeruk.
Srengseng mempunyai tempat wisata yang bernama Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kawasan ini menjadi salah satu unggulan untuk menarik pelancong. Banyak hal ditawarkan di sana, dari wisata budaya hingga kuliner.
Untuk wisata air yang dapat dinikmati adalah sepeda air, memancing, dan olahraga kano. Tidak sedikit pengunjung yang datang mencoba perahu naga dan sepeda air.
Baca juga: Turis Asing Akan Dilibatkan dalam Festival Bahari Badung
Perahu berukuran panjang yang mampu mengangkut 20 orang itu akan membawa pengunjung mengelilingi danau satu kali. Petugas akan mengenakan biaya tertentu yang sudah termasuk alat kelengkapan keselamatan, seperti baju pelampung.
Sepanjang pinggiran danau juga banyak pria berbagai usia yang memancing. Seperti yang dilakukan Edi Suryana, warga Jagakarsa. Pria 49 tahun itu mengaku suka memancing di Setu Babakan karena praktis. "Gratis dan sepuasnya. Ada ikan apa saja kalau dapat tinggal bawa pulang," katanya kepada Tempo.
Bagi pengunjung yang suka berfoto, di belakang kantor unit pengelola Setu Babakan terdapat rumah contoh adat Betawi. Siapa pun bisa menggunakan rumah tersebut untuk mengadakan kegiatan. "Tidak kena biaya. Tapi, harus mengajukan surat permohonan dulu," tuturnya.
ANTARA | FRISKI RIANA