TEMPO.CO, Denpasar-Setelah mendapat predikat sebaga pulau terindah kedua dunia versi majalah Travel + Leisure Amerika Serikat, Bali diharapkan mampu menjadi salah satu destinasi wisata yang berkualitas (quality tourism).
“Jadi harus mampu menarik wisatawan – wisatawan yang berkualitas, bukan sekedar dijual murah melalui pariwisata massal (mass tourism) seperti saat ini,” kata Gubernur Bali I Made Mangku Pastika dalam jumpa pers awal tahun, Selasa, 5 Januari 2016.
Karena itu, lanjut dia, yang menjadi target dan sasaran ke depannya adalah kualitas dari wisatawannya, bukan sekedar jumlah kunjungan. Apalagi di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) saat ini, masyarakat Bali harus mampu mencari peluang dan tantangan sehingga mampu bersaing dengan negara – negara ASEAN yang lain.
Untuk mewujudkan semua itu, menurut Pastika, masyarakat Bali harus mengetahui kelebihan untuk dikembangkan dan kekurangan yang harus segera diperbaiki. “Bali memiliki banyak peluang, kita tidak boleh terlena dan diam saja. Kita harus perbaiki kekurangan dan meningkatkan kualitas dari kelebihan yang kita miliki."
Menurut Pastika Bali memiliki nama besar yang bisa dijadikan sebagai modal awal untuk berkembang. Ada juga sumber daya yang baik, inovatif dan cerdas yang harus benar – benar dimanfaatkan dengan baik. Ditambah pula alam Bali yang indah dengan iklim dan cuaca yang bersahabat.
Namun dibalik itu semua, Pastika tidak memungkiri bahwa Bali memiliki beberapa kelemahan yang harus benar – benar diperhatikan. Antara lain, masalah sampah dan kemacetan. “Masih banyak pramuwisata yang belum memiliki lisensi,” ujarnya.
ROFIQI HASAN