TEMPO.CO, Jakarta - Matahari baru menyeruak dari balik gunung ketika perahu tempel yang kami tumpangi membelah Selat Larantuka yang memisahkan Flores dan Adonara.
Dari tengah selat ini, kami melihat Kota Larantuka yang bermandikan cahaya emas dengan latar Gunung Ile Mandiri. Larantuka adalah kota romantis yang mempertemukan birunya laut, kokohnya gunung, dan terangnya langit dalam satu jepretan kamera. Tujuan kami adalah Pantai Watotena di sisi selatan dan Pantai Mekko di bagian utara Adonara.
Dari Pantai Mekko, kami harus menyewa perahu untuk menyeberang ke Pulau Mekko. Nelayan yang mengantar kami, Ismail Waimah, berasal dari Sulawesi Selatan. Dia lahir dan besar di kampung ini. Nenek moyangnya bersuku Bajo. Dia tak mengetahui sejak kapan suku Bajo sudah membangun perkampungan di pesisir ini.
Pulau Mekko merupakan pulau pasir putih seluas lapangan bola. Dari kejauhan, terlihat burung camar bermain dan beterbangan di pulau ini. Mereka berhamburan ketika kami berlabuh di tepi pulau. Airnya di sekeliling pulau biru kehijauan dengan pasir yang halus menyilaukan mata.
Ismail mengatakan banyak wisatawan asing datang ke Pulau Mekko tapi tak melewati desanya. “Mereka memarkir kapal pesiar di tengah laut,” kata Ismail. Dari Pulau Mekko, kami menyusuri laut kemudian mengelilingi pulau kembar yang disebut Watopeni. Tidak ada penduduk di pulau dengan pasir putih ini.
WAYAN AGUS PURNOMO