TEMPO.CO, Banyuwangi - Selama ini, bukan tak ada yang sudah menjelajahi jalur di dalam Taman Nasional Meru Betiri, yang sebagian wilayahnya masuk Kabupaten Banyuwangi dan sebagian lagi berada di Kabupaten Jember. Malah ada yang datang dari kota-kota di sekitarnya, seperti Malang, Jember, dan Banyuwangi. Tapi jumlah mereka tak banyak. "Yang sering justru turis asing," kata Syamsul Arifin, koordinator Masyarakat Ekowisata Rajegwesi, akhir bulan lalu.
Kondisi jalan di dalam taman yang merupakan hutan tropis itu memang tak banyak diketahui bagaimana persisnya. Sebelum berangkat ke sana bersama fotografer Rully Kesuma pada 26-30 Oktober lalu untuk pembuatan edisi khusus majalah Tempo yang akan terbit 16 November 2015, saya akhirnya mendapat gambaran yang memastikan hasil riset saya berkat informasi dari seorang wartawan di Jakarta yang dua tahun lalu bersepeda ke Pantai Sukamade di sebelah barat Pantai Rajegwesi dari Malang. "Sangat mungkin dan menarik," katanya ketika saya tanya apa jalurnya memang memungkinkan untuk bersepeda. Dia menempuh rute yang di wilayah Banyuwangi, yang bakal kami lalui juga.
Pantai-pantai di Meru Betiri sebenarnya tak sepenuhnya tersembunyi lagi, dalam arti informasi mengenai keberadaannya sudah bisa dicari di mana pun. Wisatawan, terutama dari Jawa Timur, apalagi dari Banyuwangi dan sekitarnya, sudah menjadikannya sebagai tujuan. Tapi, karena lokasinya di kawasan yang dilindungi, yang prasarananya terbatas dan masih dibiarkan alami, akses menuju ke sana tak mudah. Jalan di dalam taman berupa jalan tanah berbatu--biasa disebut jalan makadam. Di sebagian titik, sepanjang kira-kira 10 kilometer menuju Pantai Sukamade, konturnya terjal.
Biasanya, wisatawan datang dengan menyewa mobil berpenggerak empat roda atau menumpang truk pengangkut dari pusat Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, 7 kilometer sebelum gerbang taman di Rajegwesi. Ongkos sewa mobil, menurut Helmy, seorang pemilik usaha persewaan mobil dan peralatan outdoor di Banyuwangi, sebesar Rp 1.250.000 per hari. "Mobil double cabin," ucapnya. Jika musim hujan belum tiba, seperti saat kami ke sana, kondisinya sangat baik untuk bersepeda.
Selain kondisi jalan yang menantang itu, kegembiraan yang didapat jika bersepeda di dalam Meru Betiri adalah suasana lingkungannya. Pesepeda akan melewati hutan serta perkebunan karet, kakao, kopi, dan kelapa. Menjelang sore ketika kami lewat di tengah perkebunan karet, tak jauh dari Pantai Sukamade, sesekali terlihat lutung melompat dari satu dahan ke dahan lain.
Kami berangkat dari Banyuwangi menempuh jarak kurang-lebih 100 kilometer untuk sampai di Pantai Sukamade. Jarak yang bisa membuat letih. Tapi, dengan semua hal yang kami lalu, imbalannya memang berupa pengalaman yang tak ternilai.
Sekurang-kurangnya apa yang kami saksikan tak meleset dari ekspektasi: pantai-pantai yang menarik, cantik, dan menggetarkan. Di Rajegwesi, selain melihat hamparan pasir yang berwarna seperti kulit sawo matang, kami menyaksikan kehidupan nelayan. Di Pantai Batu dan Teluk Ijo, pandangan mata dimanjakan oleh laut yang jernih kehijauan, bongkahan batu yang menutupi pesisir, dan pasir putih bersih. Selain itu, ada Pantai Sukamade, yang langsung menghadap ke Laut Selatan. Pantai itu sudah kondang sebagai lokasi pengamatan penyu bertelur.
Suasana kehidupan yang tak bergegas di Meru Betiri sesungguhnya sangat cocok untuk ritme pesepeda jarak jauh pada umumnya. Biasanya, mereka tak mengejar kecepatan, tapi menikmati apa saja yang bisa dijumpai di jalan. Jadi, jika Anda berniat datang, sebaiknya rencanakan untuk menginap beberapa hari. Kamping akan lebih baik.
PURWANTO
