TEMPO.CO, Bandung - Ketua Badan Pengurus Daerah Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar mengatakan perhelatan puncak peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung ternyata tidak memberikan keuntungan bagi pengusaha hotel.
Menurut Herman, pengusaha hotel di Bandung justru kecele. “Saya memperkirakan, dengan adanya KAA, okupansi hotel meningkat. Justru orang enggak mau datang ke Bandung, takut terjebak kemacetan lalu lintas,” katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 29 April 2015.
Herman semakin khawatir penurunan okupansi hotel terjadi saat libur panjang May Day, akhir pekan ini. “Perhitungan kita, 90 persen kamar terisi, ternyata tidak,” ujarnya.
Herman menjelaskan, penurunan tingkat hunian kamar hotel sudah terjadi sejak akhir pekan lalu. Padahal sejumlah kegiatan keramaian pasca-peringatan KAA digeber di Bandung. “Ada pemecahan rekor MURI angklung, parade di Jalan Asia-Afrika, Car-Free Night. Ternyata tidak menjadi daya tarik orang luar datang ke Bandung,” ucapnya.
Herman menuturkan, saat puncak peringatan KAA, hanya hotel yang menjadi tempat menginap peserta KAA yang terisi penuh. Selebihnya lowong. “Saat itu okupansi rata-rata terisi 40 persen. Saat malam minggu, maksimal hanya 60 persen,” katanya.
Herman berharap Pemerintah Kota Bandung menyiasati kemacetan yang saat ini terkonsentrasi di seputar Jalan Asia-Afrika. Sebab, lokasi tersebut menjadi sasaran kunjungan warga. “Kita harus duduk bersama untuk memikirkan apa yang terbaik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan,” ujarnya.
Menurut Herman, pengusaha hotel sempat berharap banyak dengan beberapa spot baru yang menjadi daya tarik Kota Bandung, terutama pasca-peringatan KAA. Tapi harapan itu sulit terwujud karena kemacetan lalu lintas di Kota Bandung kian parah.
Setelah dibolehkannya pegawai negeri sipil menggelar rapat di hotel, tutur Herman, dampaknya bagi bisnis hotel belum terlihat. “Belum banyak instansi pemerintah yang berani melakukan kegiatan di hotel,” ucapnya. Dia menduga aturan teknis soal pembolehan itu belum turun.
AHMAD FIKRI