Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keraton Yogya Buka Lagi Kelas Tari Klasik  

image-gnews
Pengajar mengarahkan posisi menari seorang peserta putri sekolah tari Pamulangan Hamong Beksa Kraton Yogyakarta saat mengikuti latihan pertama tari Sari Tunggal di Bangsal Ksatriyan, Kraton Yogyakarta, Minggu (3/3). Sekolah tari ini dibuka untuk melestarikan tari khas Yogyakarta yang semakin pudar dan menjadi sarana pembelajaran budi pekerti dan nilai-nilai perilaku dalam kebudayaan Jawa seperti kesabaran, keluwesan dan kesantunan. TEMPO/Suryo Wibowo
Pengajar mengarahkan posisi menari seorang peserta putri sekolah tari Pamulangan Hamong Beksa Kraton Yogyakarta saat mengikuti latihan pertama tari Sari Tunggal di Bangsal Ksatriyan, Kraton Yogyakarta, Minggu (3/3). Sekolah tari ini dibuka untuk melestarikan tari khas Yogyakarta yang semakin pudar dan menjadi sarana pembelajaran budi pekerti dan nilai-nilai perilaku dalam kebudayaan Jawa seperti kesabaran, keluwesan dan kesantunan. TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta--Paguyuban Krida Mardawa sebagai salah satu lembaga kesenian milik Keraton Yogyakarta kembali membuka kelas pelatihan tari Yogyakarta klasik untuk umum mulai Ahad 3 Maret 2013.

Dalam pembukaan kelas tari hari pertama yang berpusat di Ndalem Kastriyan itu hadir puluhan peserta. Seorang Pamucal Kakung (guru tari putra) Krido Mardawa, Sardjiwo, kepada Tempo menuturkan kelas ini dibuka kembali setelah sempat vakum selama 12 tahun.

"Dulu sempat hilang generasinya yang melatih, sibuk bekerja sendiri-sendiri dan banyak yang meninggal. Akhirnya kelas berhenti," kata Sardjiwo yang juga Dosen Jurusan Tari Institut Senin Indonesia Yogyakarta itu.

Ia mengatakan, pembukaan kelas ini, merupakan inisiatif keraton khususnya setelah Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta disahkan. Pimpinan Krida Mardawa yang juga Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Gusti Bendoro Pangeran Hario Yudhaningrat meminta para unsur Krido Mardawa yang berjumlah 20 orang mengumpulkan lagi bakat-bakat penari di Yogyakarta.

"Keraton meminta wadah sebagai tempat pelatihan tari kembali digunakan, karena selama ini menganggur. Toh sifatnya gratis," kata dia. Wadah ini juga kembali hidup setelah para mantan murid seperti Sardjiwo bersedia meluangkan waktu setiap minggu untuk melatih.

Pada hari pertama tersebut, setidaknya hadir 20 penari putra dan 50 penari putri. Mulai dari usia 10 tahun dan tertua 50 tahun. Tak ketinggalan dua turis Jepang yang kebetulan sedang berwisata di keraton melihat koleksi lukisan ikut serta dalam program tiap minggu itu.

Wakil Kepala Sekolah Pamulangan Hamung Bekso Wasiso (paguyuban sekolah tari keraton) Winoto menambahkan setidaknya ada tiga tari klasik gaya Yogyakarta yang akan diajarkan. Untuk putri yakni tari Sari Tunggal, Srimpi dan Golek. Sedang putar adalah tari Tayungan, Beksan dan Klonorojo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah lama vakum, para guru seperti tak kesulitan melatih para siswa. Sebab para siswa sudah kebanyakan berlatih di luar. Para siswa yang datang dengan pakaian peranakan itu didominasi siswa Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI) meski ada juga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dan kalangan professional.

Di hari pertama para siswa pria dilatih tari yang merupakan dasar gerakan yakni Tayungan. Sedangkan untuk putri langsung diminta berlatih tari jadi Srimpi. Karena tempatnya sangat terbatas dengan diiringi gamelan langsung, para siswa bergantian berlatih selama dua jam yang dialokasikan dengan dibimbing langsung tujuh guru tari yang dibayar sukarela.

"Ini pengabdian. Kami tidak dibayar pun tidak masalah, asalkan ada ruang belajar lagi di keraton secara langsung," kata Sardjiwo. Berlatih di keraton dan di luar dirasakan bedanya. Pelatihan yang dilakukan di dalam keraton, membuat siswa sekaligus belajar tentang etika. Bahkan dari jenis kain jarik yang digunakan pun diatur selain tata karma sebelum memulai tari di lingkungan keraton.

"Untuk kain yang digunakan di dalam keraton, siswa tidak boleh menggunakan motif parang ageng. Itu motif jarik resmi raja meskipun di luar sudah banyak yang buat," kata dia.

Dengan hidupnya lagi pelatihan tari ini, nantinya akan menjadi ruang bagi siswa untuk mendapatkan kesempatan untuk tampil dalam berbagai kegiatan kerajaan.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

17 hari lalu

Prajurit Bregada berjaga saat Nyepi di Candi Prambanan Yogyakarta Senin, 11 Maret 2023. Tempo/Pribadi Wicaksono
Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.


Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

43 hari lalu

Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat deklarasi damai Pemilu 2024 di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Sultan HB X Beri Pesan Untuk Capres Pasca-Coblosan: Semua Perbedaan dan Gesekan Juga Harus Selesai

Sultan HB X seusai mencoblos hari ini memberikan pesan agar usai Pemilu, semua permasalahan, perbedaan antarcapres selesai.


Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

9 Januari 2024

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
Tahun Ini Usia Cirebon Lebih Muda, Apa Sebabnya?

Melalui hasil rapat panitia khusus disepakati ulang tahun Cirebon jatuh pada 1 Muharram 849 Hijriah


3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

2 November 2023

Ruang pertemuan di bangunan utama Keraton Kanoman, Cirebon, Jawa Barat. Tempo/Francisca Christy Rosana
3 Keraton di Cirebon Ini, Masukkan dalam Daftar Kunjungan Wisata Sejarah

Cirebon punya berbagai destinasi wisata sejarah yang patut dikunjungi, di antaranya 3 Keraton, yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Kanoman, Kacirebonan.


Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

20 September 2023

Sejumlah warga melintas di depan  Keraton Surakarta. Foto diambil beberapa waktu lalu. Foto: TEMPO | SEPTHIA RYANTHIE.
Keraton-Keraton di Indonesia Potensial Jadi Bagian dari Wellness Tourism

Tanri Abeng menggelar talkshow yang membahas tentang wellness tourism dikaitkan dengan keberadaan 56 keraton di Indonesia.


UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

19 September 2023

Sumbu Filosofi Yogyakarta. Foto:  kebudayaan.kemdikbud.go.id.
UNESCO Tetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai Warisan Dunia, Panggung-Kraton-Tugu

UNESCO menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage.


Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

29 April 2023

Patung dua harimau dan meriam di depan bangunan Jinem Pangrawit  Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, (4/1). TEMPO/Rully Kesuma
Destinasi Wisata 3 Keraton di Cirebon: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan

Di Cirebon, terdapat 3 keraton yang memiliki sejarah yang unik, yakni Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Ini destinasi wisata di Cirebon.


Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

28 Desember 2022

Keraton Solo. ANTARA/Aris Wasita
Catatan Peristiwa Memanas Keraton Surakarta dalam Kaleidoskop 2022

Peristiwa konflik internal Keraton Surakarta yang memanas mewarnai pemberitaan media massa menjelang akhir tahun 2022


Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

15 Oktober 2022

Pedagang batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta bersyukur kunjungan wisatawan mulai pulih dan menggerakkan roda perekonomian mereka. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Tiga Penjual Batik di Yogyakarta

Jika Anda ingin mencari kain batik dengan corak gaya modern, maka sangat direkomendasikan untuk pergi berbelanja di Batik Rumah Suryowijayan.


Mengenal Perbedaan Batik Pedalaman dan Pesisir

15 Oktober 2022

-Pengrajin menjemur batik Madura yang baru dicuci di kampung batik Tanjung Bumi,  Bangkalan, Madura.  Batik Bangkalan memiliki ciri khusus  yaitu adanya motif  warna merah yang sangat mewakili karakter penduduk pesisir. Tempo/Rully Kesuma
Mengenal Perbedaan Batik Pedalaman dan Pesisir

Batik pesisiran banyak disenangi karena visualnya yang lebih beragam dengan perpaduan warna yang lebih cerah dibandingkan jenis batik pedalaman.