TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat seringkali berpikiran bahwa peryaan tahun baru Cina atau yang dikenal dengan sebutan Imlek erat kaitannya dengan hujan. Sebagian orang menganggap bahwa turunnya hujan di hari Imlek akan membawa keberkahan sepanjang tahun.
Namun, berhubungan dengan derasnya curah hujan belakangan ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) merekayasa turunnya hujan. Menggunakan bantuan pesawat terbang, pihaknya akan mempercepat awan menjadi hujan. Pesawat tersebut terbang setiap hari dengan menjatuhkan hujan buatan sekaligus mendistribusikan hujan tersebut di luar area rawan banjir, seperti ke laut.
Hal ini tentunya akan memberikan efek tidak hujan di tempat dan waktu tertentu. Adakah hubungannya dengan Imlek? Menurut ahli feng shui Xiang Yi, hujan memang sering kali dipercaya membawa keberkahan. Namun, rekayasa hujan tidak akan mengubah garis peruntungan seseorang. "Rekayasa hujan hanya untuk mengalihkan hujan, bukan lantas bisa mencipatakan atau menghilangkan hujan," kata Xiang Yi, di kediamannya di Pluit, Jakarta. Menurutnya, meskipun direkayasa, tetap saja akan ada hujan yang turun.
Imlek adalah perayaan yang dilakukan berdasarkan tradisi. Perayaan ini bukan merupakan hari besar sebuah agama. Orang yang bukan beragama Konghucu namun masih keturunan Tionghoa masih ikut merayakan. Sedangkan hubungannya dengan mitos hujan hanya kepercayaan saja.
Mengenai peruntungan seseorang, menurut Xiang Yi, tidak bisa diukur dari hujan yang turun di hari Imlek. Setiap orang telah memiliki garis peruntungannya masing-masing sesuai tanggal lahir. "Setiap orang punya tanggal lahir yang akan menentukan kehidupannya," Xiang Yi menjelaskan.
NANDA HADIYANTI