TEMPO.CO , Tobelo - Bambu gila adalah atraksi silat kampung yang sering diperagakan di berbagai acara adat dan kesenian di Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara. Dalam permainan itu, seorang pesilat yang memiliki ilmu tenaga dalam akan mengendalikan sebatang bambu yang dipegang oleh sekitar 7-9 orang anak laki-laki.
“Pada konflik antarumat beragama di Tobelo 1999-2001, bambu gila dipakai untuk memukul lari musuh-musuh yang hendak menyerang,” kata Mukmin Saban, 43 tahun, guru silat sekaligus pembina sanggar kesenian di Kampung Limau, Kecamatan Galela, Tobelo, Ahad, 22 April 2012.
Mukmin menjelaskan, untuk menyerang musuh, sebatang bambu dengan panjang sekitar 3–5 meter diletakkan di tanah. Saat musuh-musuh datang, Mumin dengan ilmu tenaga dalamnya akan mengendalikan batang bambu itu dari jauh agar melayang-layang di udara, lalu bambu itu memukul siapa saja musuh yang datang. “Memang tak mematikan, hanya bikin kapok musuh hingga mereka lari kocar-kacir,” kata Mukmin yang mengaku belajar ilmu tenaga dalam itu sejak kecil dari sang kakek.
Kini bambu gila menjadi atraksi yang cukup dikenal di Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara. Setiap ada perhelatan adat dan budaya di Tobelo, sanggar seni Bambu Gila dari Desa Limau selalu diundang. Pada kirab Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) ke –VI di Tobelo, 19 April lalu, grup kesenian bambu gila ini juga ditampilkan.
Saat Tempo berkunjung ke Desa Limau, Mukmin dan anak asuhannya unjuk kebolehan dengan atraksi bambu gila. Sebatang bambu bercat merah putih yang panjangnya sekitar 3 meter dipegang oleh 7 orang anak laki-laki. Mereka mendekap bambu itu dengan pergelangan tangannya. Lalu Mumin mentransfer ilmu tenaga dalam ke bambu itu, hingga bambu itu dapat bergerak bahkan terbang, sehingga anak-anak ikut terbang bersama bambu itu.
Bambu itu juga dikendalikan oleh gerakan tangan Mumin. Jika tangan Mumin bergerak ke selatan, bambu itu akan bergerak ke selatan. Begitu juga jika tangan Mumin bergerak ke arah barat, bambu itu akan bergerak ke arah barat. Anak-anak yang memegang bambu hanya terkekeh-kekeh sambil memegang erat bambu gila itu supaya tidak terjatuh.
“Bambu gila ini adalah permainan silat kampung. Jika dulu dipakai untuk membela diri dan melawan musuh, kini Bambu gila dipertunjukan untuk pentas-pentas kesenian,” kata Mumin yang memiliki sekitar 200 murid mulai dari anak-anak hingga remaja.
Menurut Mumin, murid anak-anak hanya diajarkan pertunjukan bambu gila dan berbagai tarian, seperti cakalele, tide-tide, dan tokuela. Sementara murid yang remaja diajarkan ilmu tenaga dalam. Mereka yang belajar ilmu tenaga dalam ini harus pantang alkohol, judi, main perempuan, dan dusta. “Jika mereka melakukan semua pantangan itu ilmu tenaga dalam akan lebih mudah diserap. Tak hanya itu, ilmu ini juga akan membentuk pribadi yang baik, kokoh, dan lebih percaya diri, ” ucap Mumim.
“Saya senang ikut permainan bambu gila karena bisa terbang dengan bambu itu,” ucap Dodi, bocah 7 tahun, usai memainkan permainan bambu gila itu.
ENI SAENI