TEMPO.CO, Jakarta - Bersamaan dengan Diwali atau Deepawali yang dirayakan umah Hindu India, penganut Sikh merayakan Bandi Chhor Divas pada 1 November 2024. Perayaan ini akan dipenuhi dengan cahaya lilin untuk memperingati kebebasan Guru ke-6, Guru Hargobind.
Di Jabodetabek, ada beberapa tempat perayaan seperti di Gurdwara Yayasan Sri Guru Nanak De Ji, Ciputat, Tangerang Selatan, dan sejumlah kuil Sikh lainnya, seperti di Tanjung Priok dan Pasar Baru. Meski jatuh sehari setelah perayaan Diwali umat Hindu 31 Oktober 2024, keduanya memiliki kesamaan dalam menyambut kembalinya sosok pemimpin yang dihormati dengan simbol cahaya.
Menurut Manjit Singh, seorang guru atau pembantu ibadah di Gurdwara Yayasan Sri Guru Nanak De Ji, perayaan Bandi Chhor yang dilakukan umat Sikh memiliki sejarah yang hampir mirip dengan Diwali umat Hindu.
“Kalau umat Hindu merayakan saat Dewa Rama kembali dari hutan (pengasihan), masyarakat menyambutnya dengan lilin dan cahaya. Begitu juga dengan kami, umat Sikh menyambut kebebasan Guru dari penjara dengan menyalakan lilin dan lampu sebagai tanda syukur,” jelas Manjit yang ditemui Rabu, 30 Oktober 2024.
Perayaan Mulai Pagi Hari
Di Indonesia, perayaan Bandi Chord di kuil-kuil Sikh seperti di Sikh Temple, Pasar Baru Jakarta dan Gurdwara, Ciputat, dimulai pada Jumat pagi, pukul 06.00 hingga 08.00 WIB. Selain menyalakan lilin, umat Sikh berkumpul untuk mendengarkan kisah sejarah dan hikmah di balik peristiwa dibebaskannya guru ke-6.
Baca juga:
“Di Gurdwara Ciputat, kami menggunakan bahasa Indonesia dalam berkisah, agar semua yang datang dapat mengerti, berbeda dengan kuil di Pasar Baru yang masih menggunakan bahasa India,” kata Manjit.
Terbuka untuk Umum
Manjit menambahkan, perayaan ini terbuka untuk umum, tidak terbatas pada agama atau kebangsaan. Setiap pengunjung yang datang diharapkan untuk menghormati adat Sikh, dengan menutup kepala, baik pria maupun wanita, sebagai tanda penghormatan.
“Tidak ada perbedaan di sini, semua orang sama. Bahkan perempuan dan laki-laki boleh duduk berdampingan dan mendengarkan bersama-sama kisah dan sabda suci,” tambahnya.
Aturan Melihat Perayaan
Selain itu, Manjit mengatakan, ada aturan khusus yang harus diikuti oleh setiap pengunjung, seperti tidak diperbolehkan membawa rokok, serta mencuci kaki sebelum masuk ke ruang ibadah. Setelah masuk, umat Sikh melakukan sujud di hadapan kitab suci dan mendengarkan pembacaan ayat suci yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini memberikan kesempatan bagi seluruh umat untuk lebih memahami makna dari perayaan ini.
Setelah prosesi doa, umat Sikh kemudian menikmati hidangan khas berupa halua, penganan yang terbuat dari minyak sawi, gula, dan tepung. Menurut Manjit, cara bersilang unik, yaitu bersama-sama dalam satu wadah sebagai simbol persatuan. Makanan yang disajikan dalam perayaan ini bersifat vegetarian, sehingga aman untuk semua orang tanpa perlu khawatir soal kehalalan.
Manjit juga menuturkan bahwa perayaan ini mengingatkan mereka pada pusat kuil Sikh di India, yaitu Kuil Emas yang terkenal di Amritsar. Di sana, perayaan Bandi Chhor menampilkan ratusan ribuan umat, dengan makanan yang disajikan secara gratis setiap hari bagi siapa pun yang datang.
"Gerbang kuil ini terbuka dari segala arah, menunjukkan bahwa siapa pun boleh masuk dan disambut hangat," katanya.
Di Gardwara, komunitas Sikh di Ciputat, Tanjung Priok, dan Pasar Baru tetap menyelenggarakan acara ini dengan sederhana, namun penuh makna. Tempat ibadah didekorasi dengan lilin dan cahaya, menghidangkan makanan vegetarian, dan menyanyikan himne yang berkaitan dengan perayaan. “Persiapan kami tidak ada yang khusus, cuma nanti menyanyikan himne yang berkaitan dengan perayaan Sikh,” katanya.
PUTRI ANI
Pilihan Editor: Serba-serbi Perayaan Diwali di India, Rumah Penuh Cahaya dan Makanan Manis