TEMPO.CO, Palembang - Ratusan umat Hindu dari berbagai daerah di Sumatera Selatan antusias dan dengan hikmat mengikuti rangkaian acara Ngaben di areal pemakaman atau setra Gandawangi, Talang Jambe, Palembang, Selasa, 4 Juni 2024. Tiga hari sebelum itu, sebagain diantaranya mengikuti prosesi Ngulapin ke segara di Desa Bangunsari, Tanjung Lago, Banyuasin.
IGB Surya Negara, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia atau PHDI Sumatera Selatan sekaligus humas kepanitian, mengatakan ini momen pertama kali Ngaben digelar di kota Palembang. Ngaben lazim berlangsung di Ogan Komering Ulu Timur. "Ngaben ini satu rangkaian dengan acara peresmian pura Prajapati Setra Gandawangi," kata Surya Negara.
Agus Memaknai Ngaben
I Wayan Agus Swidnyantara sengaja datang dari Gianyar, Bali ke Palembang untuk mengikuti rangkaian prosesi Ngaben di areal Pemakaman atau Setra Gandawangi, Talanga Jambe, Palembang sepanjang Selasa kemarin. Pegawai swasta ini tidak sendiri, di sebelahnya ada beberapa anggota keluarga yang lain membersamainya. Mereka membawa foto dan pakaian dari almarhumah Ida Ayu Putu Suari semasa hidup.
Sang nenek, kata Agus Antara, meninggal dunia di usia sekitar 70 tahun pada tahun 2019 di Palembang. Sebagai cucu pertama dari anak pertama mendiang, Agus merasa berkepentingan untuk ikut langsung di acara Ngaben di Palembang yang dia sebut sebagai acara yang penuh hikmat dan bersejarah. "Sengaja dari Bali ke Palembang untuk mengantarkan beliau ke peristirahatan terakhir," kata Agus Antara.
I Wayan Agus Swidnyantara (kaos hitam) bersama keluarganya bersiap-siap mengikuti upacara Ngaben massal perdana di kota Palembang pada Selasa, 4 Juni 2024. Ngaben berlangsung di areal pemakaman Setra Gandawangi dan diikuti oleh 18 peserta. TEMPO/Parliza Hendrawan
Nenek Ida Ayu Putu Suari dikenal sebagai sosok periang suka bersosialisasi, sayang pada anak dan para cucu. Agus mengenang amarhumah sebagai sosok pekerja keras dan ulet dan bisa megayomi keluarga. "Kebetulan semasa hidupnya, beliau ini ingin sekali bertemu dan berkumpul bersama cucu-cucu yang ada di Bali," ujar Agus.
Ngaben atau pelabon merupakan upacara pembakaran jenazah atau yang disimbolkan jenazah. Upacara ini juga dikenal sebagai ritual mensucikan roh orang yang telah meninggal dunia. Mengingat makna tersebut, Agus berharap upacara serupa bisa berlangsung secara rutin minimal sekali dalam 4-5 tahun. Dia pun mengapresiasi kegiatan yang dia sebut sebagai gebrakan yang luar biasa.
"Ini adalah jalan untuk saudara kami yang lain untuk bisa bayar hutang terakhir untuk keluarga dan orangtuanya tanpa harus pergi ke Bali sehingga biaya realtif murah," katanya.
Ketua PHDI Sumael IGB Surya Negara (duduk bagian belakang) mengikuti prosesi ngaben dan ritual ikutannya berupa ngerapuh, ngelangkir, dan ngelungah. TEMPO/Parliza Hendrawan
Sementara itu IGB Surya Negara menjelaskan upacara Ngaben ini diikuti oleh 18 orang peserta dari berbagai daerah di Sumatera Selatan, terutama Palembang. Panitia menggunakan metode upacara Astiwadana atau Ngaben tanpa jenazah.
Rangkaian Ngaben
Secara garis besar, rangkaian upacara Ngaben massal ini meliputi Ngedetin atau memanggil atau menarik arwah dari sumber air baik dari danau, sungai ataupun lautan. Rangkaian berikutnya yaitu Nyiramin yang dikenal sebagai ritual memandikan jenazah atau simbol jenazah. Setelah itu jenazah atau simbolnya dibakar atau dalam bahasa Bali disebut sebagai Mengeseng.
Perwakilan keluarga saat mengikuti salah satu rangkaian upacara Ngaben yang berlangsung di areal pemakaman atau Setra Gandawangi, Palembang. TEMPO/Parliza Hendrawan
Seperti dijelaskan oleh Surya Negara, jenazah yang sudah diabeni akan mengkuti sejumlah prosesi yang juga tidak kalah pentingnya. Prosesi dimaksud berupa Ngerorasin atau meningkatkan kesucian arwah, Ngelinggihang atau mendudukkan sang pitara sebagai Dewa Hyang pada Pelinggih Rong Tiga atau bangunan suci yang memiliki tiga ruang.
Ngaben massal ini juga menyertakan acara Ngelunggah, Ngelangkir dan Ngerapuh yang dikenal sebagai upacara ikutan melaspas pelinggih Pura Prajapti sehingga sekaligus dapat mengikutsertakan umat yang kurang mampu dari berbagai pelosok Sumsel.
Pilihan editor: 5 Tradisi Pemakaman Unik di Indonesia, Mulai dari Ngaben Hingga Waruga