TEMPO.CO, Solo - Event bertajuk Fun Run Stasioen 2 Stasioen 8K yang menjadi bagian dari rangkaian acara Solo Great Sale 2024, menghadirkan pemandangan unik di Jalan Slamet Riyadi Solo, Jawa Tengah, Ahad pagi, 2 Juni 2024. Ada ratusan pelari mencuri perhatian warga saat melintas di tengah-tengah suasana car free day (CFD) di jalan protokol itu.
Ratusan peserta itu berlari berdampingan dengan Kereta Api Batara Kresna yang melaju di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Solo dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Jebres dan Stasiun Solo Balapan.
Event Fun Run Stasioen 2 Stasioen 8K menjadi salah satu terobosan yang dilakukan Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Kota Solo dan mendapatkan dukungan penuh dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasional (Daop) 6 Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan kali pertama diadakan dalam rangkaian Solo Great Sale.
Kompetisi lari itu berlangsung meriah dan diikuti sekitar 600 peserta yang berolahraga sambil berwisata sejarah. Dengan jarak tempuh sekitar 8 kilometer (km), para peserta berlari melewati 3 stasiun di Kota Solo yang menyimpan sejarah Kota Bengawan. Stasiun Purwosari sebagai titik keberangkatan atau start, menuju Stasiun Jebres, dan berakhir di Stasiun Solo Balapan.
Sejarah Stasiun Purwosari
Sembari berolahraga lari, para peserta sekaligus juga diperkenalkan lebih jauh tentang sejarah 3 stasiun yang dilalui. Pertama, Stasiun Purwosari menurut sejarahnya dahulu merupakan tanah milik Mangkunegaran yang diberikan kepada NISM untuk kepentingan pembangunan jalur kereta api.
Stasiun Purwosari menjadi stasiun kedua di Solo setelah Stasiun Solo Balapan yang dibuat NISM pada tahun 1875. Stasiun ini merupakan stasiun transit pertama di Solo yang memiliki stasiun percabangan jalur kereta api arah Surabaya dan Wonogiri.
Sejarah Stasiun Jebres
Selanjutnya Stasiun Jebres yang dijadikan venue checkpoint dibangun pada 1884. Stasiun ini digunakan sebagai stasiun ujung bagi jalur percabangan Semarang-Solo dari lintas utara Jawa.
Tujuan pembangunan Stasiun Jebres oleh pemerintah Hindia Belanda kala itu untuk membantu pengangkutan barang berupa komoditas hasil tanaman industri seperti gula dan tembakau. Dua komoditas itu menjadi andalan wilayah Karesidenan Surakarta (Solo) kala itu.
Sejarah Stasiun Solo Balapan
Terakhir, Stasiun Solo Balapan yang menjadi titik akhir ini dibangun pada 1873. Sejarah berdirinya Stasiun Solo Balapan ini menarik untuk disimak. Lahan yang sekarang digunakan menjadi Stasiun Balapan, dahulunya merupakan Alun-Alun Utara milik Keraton Mangkunegaran. Di dalam alun-alun terdapat pacuan kuda balapan, pada masa Mangkunegoro IV.
Lokasi lapangan pacuan kuda balapan dianggap paling pas untuk menjadi sebuah stasiun, karena jalur rel bisa langsung mengarah ke Semarang. Akhirnya, pacuan kuda itu diubah menjadi stasiun, dan nama Balapan tetap dipertahankan.