TEMPO.CO, Jakarta - Semana Santa merupakan salah satu rangkaian ritual keagamaan yang tetap dijalankan hingga kini oleh masyarakat Katolik Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam perayaan Paskah.
Sebagai bagian dari tradisi ini, umat Katolik Larantuka menjalani puasa selama 40 hari dengan berdoa bersama yang dimulai pada hari Rabu Abu. Selama periode puasa ini, umat mempersiapkan diri secara spiritual melalui doa dan melaksanakan jalan salib, termasuk kegiatan mengaji semana di Kapela Tuan Ma setiap Jumat dan Sabtu.
Ritual dimulai pada Rabu Trewa, yang secara tradisional berarti periode keheningan. Saat itu, diberlakukan beberapa larangan seperti larangan berpesta, minum-minuman keras, dan melakukan aktivitas yang mengganggu, sebagai penghormatan terhadap kisah Yesus.
Kota Larantuka pun berubah menjadi kota yang berkabung. Kemudian pada Kamis Putih, umat merayakan malam perjamuan terakhir Yesus dengan 12 muridnya sebelum disalib. Pada siang harinya, dilakukan upacara 'Muda Tuan' dan membersihkan serta mempersiapkan patung Bunda Maria untuk umat melakukan doa.
Jumat Agung menyaksikan pengarakan Tuan Meninu menuju Pantai Kuce, dilanjutkan dengan Sabtu Santo yang mencakup pengembalian patung-patung ke tempat semula. Ritual ditutup dengan Minggu Alleluya, di mana Semana Santa dirayakan melalui perayaan misa Paskah bersama dengan Patung Maria Alleluya. Lantas, bagaimana prosesnya?
Rangkaian Prosesi Semana Santa
Devosi terhadap Bunda Maria melalui patung Tuan Ma semakin berkembang berkat peran Konfreria Reinha Rosari Larantuka dalam menyebarkan iman Katolik di Larantuka. Tradisi devosi ini dikenal sebagai Semana Santa yang tetap dijalankan hingga sekarang. Kerajaan Larantuka memiliki tempat istimewa dalam prosesi Semana Santa karena kontribusinya dalam sejarah tradisi tersebut.
Pada Pulau Flores, tradisi Semana Santa dimulai pada Rabu Trewa atau Rabu Abu dengan doa di Masa Prapaskah. Pada hari tersebut, umat Katolik berkumpul dan berdoa di kapel untuk mengenang pengkhianatan Yesus oleh Yudas Iskariot di Taman Getsemani.
Malam harinya, ritual bebunyian dilaksanakan sebagai ungkapan duka atas penangkapan Yesus, yang kemudian diseret mengelilingi Kota Nazareth, menghasilkan bunyi yang mengingatkan akan Hari Kamis Putih yang akan datang. Di Hari Kamis Putih, suasana kota menjadi sunyi dan sepi, sementara gereja melangsungkan upacara Tikam Turo, pemasangan lilin di sepanjang jalan yang akan dilewati oleh prosesi Jumat Agung.
Patung Bunda Maria dan Yesus, yang selama setahun dimateraikan dalam peti mati di Kapel Tuan Ma dan Kapel Tuan Ana, dibuka oleh petugas Konfreria. Mereka dengan hati-hati membuka peti mati, kemudian memandikan dan mengenakan pakaian berkabung kepada patung-patung tersebut. Malamnya adalah waktu untuk mengenang perjamuan terakhir Yesus dengan 12 muridnya sebelum pengkhianatan Yudas Iskariot. Perjamuan tersebut dirayakan dengan misa di Katedral Reinha Rosari Larantuka.
Pintu Kapel Tuan Ma dan Kapel Tuan Ana dibuka untuk umum pada puncak perayaan Jumat Agung. Umat mulai berdatangan sejak pukul 10 pagi untuk berdoa. Patung Bunda Maria dari Kapel Tuan Ma diarak menuju Kapel Tuan Ana untuk dipertemukan dengan patung Yesus, sesuai dengan rute Tikam Turo. Kemudian, kedua patung itu diarak menuju Katedral Reinha Rosari Larantuka, di mana umat diperkenankan berdoa di hadapan patung-patung tersebut selama mereka berada di katedral.
Prosesi Semana Santa belum selesai karena kedua patung masih harus dipindahkan menuju Kapela Pohon Sirih di Pante Kuce menggunakan kapal motor. Umat Katolik biasanya ikut serta dalam perjalanan patung-patung tersebut dengan naik kapal motor yang telah disediakan. Prosesi Semana Santa ini telah berlangsung selama lebih dari 500 tahun di Larantuka selama perayaan Paskah.
Tradisi ini telah menarik perhatian wisatawan karena telah diakui sebagai wisata religi oleh Kementerian Pariwisata. Bagi Gereja Katolik Larantuka, perayaan Paskah Semana Santa bukan hanya merupakan peringatan Hari Kebangkitan Isa Al Masih, tetapi juga merupakan perpaduan antara agama dan adat. Puncak perayaan Semana Santa, Sesta Vera, juga menampilkan perpaduan budaya antara orang Lamaholot dan Portugis yang erat.
Tradisi yang dijaga bersama oleh perkumpulan Laskar Maria (Confreria de Rosari), suku-suku Semana, dan keluarga Kerajaan Larantuka. Patung Tuan Ma hanya dapat dilihat sekali dalam setahun, mulai dari Hari Kamis Putih hingga Jumat Agung, sehingga prosesi Semana Santa menjadi acara yang dinantikan oleh umat dan peziarah.
Pilihan Editor: Paskah Ratusan Kapal Ikut Prosesi Laut Semana Santa di NTT