TEMPO.CO, Yogyakarta - Destinasi wisata di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan. Meski Gunung Merapi masih erupsi dan statusnya belum diturunkan dari Level III atau Siaga, namun wisatawan masih dibolehkan menyambangi berbagai destinasi di lereng sepanjang masih dalam zona aman yang direkomendasikan.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta yang selama ini aktif memonitor kondisi Merapi mencatat perkembangan sepekan terakhir, 23- 29 Februari 2024. Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso mengatakan, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
"Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 139 kali ke arah barat daya atau hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.600 meter," kata Agus, Jumat petang, 1 Maret 2024.
Agus mengatakan morfologi kubah barat daya teramati adanya perubahan akibat adanya aktivitas awanpanas guguran dan guguran lava. Untuk morfologi kubah tengah relatif tetap. Berdasarkan analisis foto udara pada 10 Januari. 2024, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.663.300 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.358.400 meter kubik.
Data Aktivitas Gunung Merapi dan Rekomendasi Bagi Masyarakat
Sepekan ini terjadi hujan di pos pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 43 mm per jam selama 115 menit. Pada 26 Februari 2024 sempat dilaporkan adanya penambahan aliran di Kali Gendol, Kali Boyong, dan Kali Senowo.
Dari pengamatan visual dan instrumental Merapi, BPPTKG Yogyakarta menyebut aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan- daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya. "Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran
terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," kata dia.
Pilihan Editor: Hujan Semalaman di Yogyakarta, Gunung Merapi Luncurkan 9 Kali Awan Panas