Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Arak-arakan Sipasan, Tradisi Perayaan Cap Go Meh yang Hanya Ada di Padang dan Taiwan

image-gnews
Warga keturunan Tionghoa menggotong
Warga keturunan Tionghoa menggotong "sipasan" yaitu kendaraan menyerupai lipan (kelabang) yang dinaiki anak-anak, saat Festival Cap Go Meh 2570 di Padang, Sumatera Barat, Selasa, 19 Februari 2019. Ratusan orang terlibat pada festival dalam rangka hari ke-15 perayaan Imlek tersebut. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai alhir perayaan tahun baru Imlek, Cap Go Meh kerap dirayakan secara meriah. Tradisi Cap Go Meh paling meriah yang pernah dilakukan adalah Arak-arakan Sipasan di Padang. Pada tahun 2013, tradisi tersebut pernah memecahkan rekor dunia. Arak-arakan Sipasan sepanjang 243 meter yang pawai sejauh 1,9 meter dari Jembatan Siti Nurbaya hingga Hotel Axana ini berhasil meraih Guinness World Record.

Carim Valerio, penilai dari musium rekor dunia khusus datang dari London memberikan penghargaan rekor dunia Guinness kepada Feryanto Gani selaku Tuako atau Ketua Hok Tek Tong atau Himpunan Tjinta Teman (HTT) selaku penyelenggara. 

Sipasan’ HTT Padang berhasil mengalahkan ‘Sipasan’ Kinmen County, Taiwan yang meraih Guinness World Records pada 14 Mei 2013. Arak-arakan Sipasan Taiwan yang membawa 223 anak ini memiliki panjang 168 meter, dipikul oleh 1.440 orang dan diarak selama 3 jam sejauh 1,68 km. 

Dilansir dari buku Dunia Revolusi karya Bambang Purwanto, Arak-arakan Sipasan merupakan puncak perayaan Festival Cap Go Meh yang hanya dilakukan di Taiwan dan Padang. Arak-arakan ini pertama dilakukan sekira tahun 1863, saat organisasi HTT pertama berdiri di wilayah Padang.Organisasi itu merupakan organisasi kongsi kematian Tionghoa tertua di Kota Padang. 

Selain HTT kemeriahan Cap Go Meh juga dilakukan oleh perkumpulan Heng Beng Tong dan Chung Hua Chung Hui. Sempat dilarang pada masa pendudukan Jepang, arak-arakan Sipasan saat Cap Go Meh kembali dilakukan secara meriah pada tahun 1948.  

Saat itu, arak-arakan dilakukan untuk memberikan keceriaan kepada anak-anak di Padang. Arak-arakan Sipasan terdiri dari rangkaian tandu yang disusun dari balok kayu menyerupai binatang sepesan dan dipikul bersama-sama orang dewasa. Tandu ditunggangi oleh anak-anak yang menggunakan pakaian daerah atau kostum dewa-dewi.

Meskipun perayaan Cap Go Meh dimiliki suku Tionghoa, Arakan Sipasan justru menjadi lambang keberagamaan di Padang. Dalam tradisi itu seluruh elemen menampilkan ragam budaya nusantara. Adapun etnik tersebut seperti Minangkabau, Mentawai, Nias, Jawa, Batak, dan lainnya.

Lebih lanjut, arakan Sipasan tak lepas dari kedatangan suku Tionghoa di Sumatera Barat. Berdasarkan buku Orang Padang Tionghoa; Dima Bumi Dipijak Disinan Langik Dijunjuang karya Riniwaty Makmur, periodesasi kedatangan orang Tionghoa ke Padang atau Sumatera Barat, dapat dibagi 3 fase yakni, ketika pedagang Cina berlayar ke nusantara dalam konteks berniaga. Mereka masuk dari sisi timur Pulau Sumatera, Selat Malaka, dan lalu masuk ke pedalaman Minangkabau.

Migrasi kedua adalah, bersamaan dengan kedatangan bangsa Eropa yakni sekitar abad 16. Hal ini masih urusan niaga, dengan magnet Selat Malaka dan Pariaman yang menjadi pusat ekspor komoditi penting zaman itu yakni lada dan emas. Ketiga, migrasi zaman Hindia Belanda, seiring meningkatnya aktivitas ekonomi.

Perantauan orang Tionghoa yang bermuara pada diaspora, membawa serta budaya dan adat mereka. Salah satunya adalah tradisi Imlek dengan memanggungkan dan menjalankan Cap Go Meh.

Diberitakan sebelumnya, Cap Go Meh merupakan lafal Tio Ciu dan Hokkian yang artinya malam ke-15. Perayaan ini awalnya dirayakan sebagai hari penghormatan pada Dewa Thai-yi yang dianggap sebagai dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han. Dirayakan pada 15 bulan pertama di setiap tahun menurut penanggalan bulan.

Cap Go Meh juga dikenal sebagai upacara pawai menggotong joli toapekong untuk diarak keluar dari klenteng. Di Indonesia sendiri, Cap Go Meh dimulai pada abad ke-17, ketika ada migrasi besar dari Tiongkok Selatan. Tujuan diadakannya tradisi ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah dan rejeki yang diberikan sepanjang tahun, sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh yang lebih baik.

Arakan Sipasan diikuti 9 marga warga Padang keturunan Tionghoa. Arakan tersebut dimulai dari rumah perhimpunan marga masing-masing. Kemudian singgah di Kelenteng See Hin Kiong dan menuju Jalan Batang Arau dekat Jembatan Siti Nurbaya. Biasanya, perayaan ini melahap jalanan sepanjang 3,8 kilometer dengan rute melewati simpang Muara Lasak, Nipah, dan depan Masjid Al Hakim. Lebih lanjut, Festival Cap Go Meh merupakan satu-satunya agenda tradisi budaya Tionghoa yang masuk menjadi salah satu even Provinsi Sumbar. 

KHUMAR MAHENDRA | FEBYANA SIAGIAN | FEBRIANTI

Pilihan Editor: Asal Muasal Ritual Cuci Jalan dan Ritual Tatung saat Cap Go Meh 

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Warga yang Dilaporkan Hilang dalam Longsor di Padang, Ditemukan Selamat

1 hari lalu

Ilustrasi cuaca hujan. (ANTARA/Akhyar)
Dua Warga yang Dilaporkan Hilang dalam Longsor di Padang, Ditemukan Selamat

Dua warga yang dilaporkan hilang akibat tanah longsor di Kelok Bento Panorama Dua, Lubuk Kilangan, Kota Padang, ditemukan selamat.


Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

2 hari lalu

Bencana longsor melanda Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Senin 18 Desember 2023. Longsor itu menyebabkan dua warga setempat meninggal dunia.(BPBD Agam)
Tanah Longsor di Kota Padang, Dua Warga Dilaporkan Hilang Tertimbun

Tanah longsor terjadi di Padang Sumatera Barat akibat hujan deras mengguyur kota itu sejak Selasa siang. Akses jalan menuju Solok terputus.


Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

10 hari lalu

Batu ginjal.
Kilas Balik Operasi Batu Ginjal Sebesar Kepala di Indonesia, Kasus Langka namun Tak Masuk Rekor Dunia

Di Indonesia pernah ditemukan kasus batu ginjal langka. Ukurannya sebesar kepala manusia.


LBH Padang Desak Pemerintah Cabut Izin Tambang Galian C di Kabupaten Solok

16 hari lalu

Warga mencari pekerja tambang emas yang masih tertimbun di kawasan hutan Jorong Timbahan, Nagari Abai, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Selasa, 11 Mei 2021. Sebanyak delapan orang pekerja tambang emas meninggal dunia dan sembilan luka-luka akibat terjadinya longsor di kawasan tambang ilegal tersebut. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi
LBH Padang Desak Pemerintah Cabut Izin Tambang Galian C di Kabupaten Solok

LBH Padang mendesak pemerintah mencabut izin tambang untuk melindungi lingkungan dan jalan nasional di Air Dingin, Kabupaten Solok.


Berkunjung ke Sustain Market di Kota Padang dan Mengenal Gaya Hidup Ramah Lingkungan

18 hari lalu

Beberapa pengunjung Pra Bumi Sustain Market Vol 2 di Padang, 19-21 April 2024, sedang memilih buku bekas. Foto TEMPO/ Fachri Hamzah.
Berkunjung ke Sustain Market di Kota Padang dan Mengenal Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Selain barang-barang ramah lingkungan, di acara ini juga terdapat jualan buku bekas.


Libur Lebaran 2024: Kunjungi 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Religi di Kota Padang

24 hari lalu

Masjid Al Hakim yang memiliki model arsitektur mirip Taj Mahal India. TEMPO/Fachri Hamzah
Libur Lebaran 2024: Kunjungi 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Religi di Kota Padang

Kota Padang punya beberapa destinasi wisata religi antara lain Masjid Raya Sumatera Barat, Masjid Al Hakim, dan Masjid Raya Ganting. Ini istimewanya.


Mengenal Makanan Gohyong, Bukan Kuliner Korea

50 hari lalu

Gohyong. Shutterstock
Mengenal Makanan Gohyong, Bukan Kuliner Korea

Gohyong menjadi jananan kaki lima yang tengah naik daun saat ini. Namanya seperti kuliner Korea, ternyata akulturasi Tinghoa dan Betawi.


Banjir Kota Padang Berangsur Surut, Warga Bersih-bersih Lingkungan

11 Maret 2024

Foto udara banjir merendam pemukiman di kawasan Dadok Tunggul Hitam, Padang, Sumatera Barat, Jumat 8 Maret 2024. Banjir akibat intensitas hujan tinggi sejak Kamis (7/3/2024) merendam ratusan rumah di kota Padang dan sekitarnya sehingga warga diungsikan ke tempat yang lebih aman.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Banjir Kota Padang Berangsur Surut, Warga Bersih-bersih Lingkungan

Banjir yang melanda Kota Padang berangsur surut. Warga melakukan pembersihan lingkungan dan rumah, dibantu Dinas Pemadam Kebakaran.


Cerita Korban Banjir di Padang: Bantuan Belum Datang, Anak-anak Sudah Mulai Lapar

8 Maret 2024

Salah satu rumah warga di kawasan Kurao Pagang, Nanggalo, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) tergenang banjir pada Jumat (8/3/2024) pagi. ANTARA/FathulAbdi
Cerita Korban Banjir di Padang: Bantuan Belum Datang, Anak-anak Sudah Mulai Lapar

Banjir merendam sejumlah daerah di Kota Padang, Sumatra Barat sejak Kamis malam, 7 Maret 2024. Korban banjir menceritakan pengalamannya.


Banjir 1 Meter Lebih Rendam Rumah Warga di Padang

8 Maret 2024

Banjir menggenangi kawasan Parak Jambu, Kelurahan Dadok Tunggul Hitam, Padang, Sumatra Barat, Jumat, 8 Maret 2024, sekitar pukul 04.52 WIB. ANTARA/Fathul Abdi
Banjir 1 Meter Lebih Rendam Rumah Warga di Padang

Banjir dilaporkan terjadi di berbagai titik di Kota Padang akibat curah hujan tinggi.