TEMPO.CO, Jakarta - Para pengurus Wihara Dharma Bhakti, Sidoarjo sedang membersihkan patung dengan kuas dan kain, pagi itu, Minggu, 4 Februari 2024. Debu yang menempel disingkirkan sebelum patung dibilas. Patung yang dibersihkan, ukurannya ada yang kecil -bisa digenggam- dan yang tingginya satu meter. Di wihara ini 60 patung dibersihkan menjelang Imlek atau Tahun Baru Cina.
Patung dewa-dewi di Wihara Dharma Bhakti, Sidoarjo, Ahad 4 Februari 2024. TEMPO/Yolanda Agne
Setelah melewati pintu masuk Wihara Dharma Bhakti beberapa lilin merah tampak menyala, kelebat asap dupa yang terbawa angin keluar ruangan membawa aroma wangi. Ruangan berukuran sekitar 6x4 meter persegi dipenuhi oleh rupang, sebutan patung dalam bahasa Pali. Pengurus wihara secara bertahap memindahkan patung dari altar ke meja panjang.
“Tujuan mencuci patung agar dewa-dewi bisa kembali dengan patung yang bersih. Selain itu agar ketika Imlek nanti orang yang sembayang bisa lebih khusyuk, karena patungnya bersih,” kata Ketua Pengurus Wihara Dharma Bhakti, Nico Tri Sulistio.
Menjelang Imlek
Sebelum Imlek wihara yang terletak di kawasan Perumahan Pondok Jati, Sidoarjo ini melakukan kimsin atau cuci patung. Kegiatan ini dilakukan bukan sekadar bersih-bersih. Proses mencuci patung harus selesai sebelum 9 Februari 2024. Nico Tri Sulistio menjelaskan, tahapan mencuci patung dimulai dari menghilangkan debunya, setelah itu dicuci menggunakan air sabun. Proses terakhir dibilas dengan air yang telah dicampur bunga.
“Dibilas dengan air bunga supaya wangi,” katanya.
Pengurus wihara sedang menyiram patung Dewa Tian Shang Sheng Mu dan Dewi Kwan Im dalam ritual kimsin menjelang Imlek di Wihara Dharma Bhakti, Sidoarjo, pada Ahad 4 Februari 2024. TEMPO/Yolanda Agne
Riwayat Wihara Dharma Bhakti
Pada 1990-an, umat Buddha atau penganut Buddhisme di Sidoarjo harus pergi ke Surabaya untuk sembahyang di wihara. Salah satu warga di sana, Nugroho, ayah Nico, mengubah rumahnya untuk keperluan ibadah umat Buddha, pada 2002. "Waktu itu ke Surabaya masih susah, jadi almarhum papa mengubah rumah jadi wihara,” kata Nico.
Mulanya rumah yang kelak menjadi Wihara Dharma Bhakti dikunjungi 10 orang saja yang sembahyang di wihara ini. Seiring waktu, umat yang datang makin banyak. Bangunan itu direnovasi pada 2018. Kini wihara tersebut bisa dikunjungi, setidaknya sampai seratus orang.
Tak hanya sebagai tempat ibadah, Wihara Dharma Bhakti juga berdiri dengan semangat membuka ruang belajar mendalami pengetahuan Buddhisme. Menurut Nico umat Buddha harusnya tidak hanya melakukan ritual sembhayang, tetapi juga mengetahui kisah para dewa-dewi.
“Kalau sembayang, tapi tidak tahu maknanya ya percuma. Biasanya cuma tahu namanya (dewa-dewi) tapi enggak tahu itu siapa, orang hanya menerima nama tanpa tahu kisahnya apa,” ucap Nico. Sampai sekarang pembelajaran itu masih berlangsung setiap hari Ahad. Mereka yang belajar umat Buddha di sekitaran Sidoarjo.
Pilihan Editor: Ragam Makanan yang Disajikan saat Imlek beserta Maknanya