TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah Anda membayangkan bekerja sambil memesan smoothie di bar pantai? Atau bekerja di tengah suasana rindang di resor bertema khusus? Tren bekerja secara fleksibel atau digital nomad akhir-akhir sedang digemari.
Jika tertarik mencobanya. dua pakar digital nomad berikut ini membagikan tips-tips terbaiknya. Mulai dari perencanaan hingga pengajuan visa.
Mulai merencanakan transisi
Menurut pakar teknologi dan digital nomad, Michael Moore, mengatakan untuk persiapan memulai sebagai digital nomad dibutuhkan dua hingga tiga bulan. Mulai dari dari pengurusan visa hingga pemesanan akomodasi jangka panjang.
Tetapkan alamat virtual di negara asal yang menyediakan pemindaian atau penerusan surat. Dengan begitu tetap memiliki alamat tetap untuk bank, pajak, pemungutan suara, dan lainnya.
Selama bepergian, ada beberapa kebutuhan yang penting untuk disiapkan. Seperti laptop ringan yang tahan lama ditambah baterai cadangan. Ditambah dengan Wi-Fi seluler, platform cloud seperti G Suite atau Office 365, serta aplikasi seperti Grammarly, Trello, dan Slack, agar bekerja secara efisien saat bepergian. Justin Chia pakar analisis data, merekomendasikan kacamata cahaya biru dan headphone peredam bising, untuk fokus yang lebih baik.
Mengajukan visa
Selain peralatan lain, yang tak kalah penting adalah visa. Teliti secara menyeluruh persyaratan visa untuk setiap negara yang ingin dikunjungi. Michael mengingatkan agar mengajukan permohonan yang sesuai dengan kebutuhan dan lama tinggal. Beberapa lokasi menawarkan visa digital nomad atau visa lepas yang memberikan opsi jangka panjang di luar visa turis.
Jika berencana tinggal di suatu tempat untuk jangka waktu tiga bulan atau lebih, pertimbangkan untuk mendapatkan visa jangka panjang yang sesuai. Jangan lupa memberikan bukti pekerjaan jarak jauh atau pekerjaan lepas seperti kontrak dan surat klien saat mengajukan visa. Beberapa mengharuskan ambang batas pendapatan minimum. Dan selalu miliki asuransi kesehatan perjalanan yang menanggung durasi perjalanan atau masa visa
Pakar analisis data, Justin Chia menambahkan Thailand dan Indonesia mengizinkan tinggal selama 30 hari sejak kedatangan. Beberapa negara juga menawarkan visa digital nomad seperti Jerman, Estonia, Kroasia dan Meksiko.
Setelah mulai digital nomad
Saat beraktivitas, Michael menyarankan untuk tinggal di setiap destinasi setidaknya selama satu hingga dua bulan. "Jika tidak akan membuat seseorang berada dalam kondisi transit yang menguras tenaga," katanya seperti dilansir dari laman Daily Mail.
Faktor lainnya adalah pajak. Untuk menghindari masalah domisili pajak, batasi diri Anda untuk menghabiskan waktu maksimal enam bulan di negara tertentu per tahun pajak. Konsultasikan dengan akuntan yang memiliki pengetahuan tentang pajak ekspatriat dan implikasi nomaden digital.
Selain itu, teliti undang-undang perpajakan di negara tempat Anda memperoleh penghasilan. Mungkin perlu membayar pajak di lokasi tersebut tergantung pada aturan dan ambang batas tertentu.
Pilihan editor: Spanyol Destinasi Favorit untuk Digital Nomad