Belajar otodidak
Secara otodidak Eri mempelajari motif yang tersemat dalam hulu dan warangka keris Palembang. Ia buka foto-foto lama dan bertanya pada tetua Palembang yang dinilai mengetahui isi dan nilai yang terkandung dalam sebilah keris.
Ia mencoba mengukir, menghaluskan potongan-potongan kecil kayu tembesu sehingga muncul hulu dan warangka yang estetik dan layak untuk dinikmati oleh penghobi pusaka. Bukan sekali dua kali ia harus membuang karya karena sesuai dengan detail yang diinginkan.
Selama menekuni ikhtiarnya itu sejak 4 tahun belakangan ini, Eri sudah mengerjakan ratusan hulu juga warangka. Setidaknya ada empat macam hulu yang ia kerjakan secara otodidak pada bengkel miliknya, yakni hulu luday dengan motif menyerupai kepala elang laut, hulu Jawa demam yang menyerupai paruh anak ayam, dan hulu putri malu yang tampak seperti siluet kepala manusia. Satu lagi adalah hulu primitif yang banyak ditemukan pada keris zaman kesultanan. Pengerjaannya yang terakhir ini terbilang sulit dan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan tiga motif diatas. “Ada seperti benjolan-benjolan kecil pada bagian kepala yang itu merip pembesar yang sedang merunduk sambil mengenakan mahkota,” ujar Eri.
Proses pengerjaan
Sebuah hulu yang penuh dengan nilai dan pesan moral dikerjakan dalam waktu 2-3 hari. Makin detail pengerjaan maka waktu yang dibutuhkan lebih lama lagi.
Tahap pengerjaan dimulai dengan mencari materi untuk dijadikan hulu berupa kayu tembesu, trembalo, dan kemuning gading. Setelah mendapatkan kayu dan gambaran motif yang akan diukir maka seniman akan memotong kayu, kecil kurang dari 10 cm. Kemudian dilakukan pemahatan, penghalusan dan mengukir pakai bor ukir dengan mata jarum halus.
Kemudian kata Eri, tahap finishing dilakukan dengan ampelas halus yang dilanjutkan dengan pewarnaan. Setelah itu, kembali dilakukan pengampelasan dengan mencampurkan dengan minyak pelumas. “Poles pakai kain kemudian dijemur,” urainya.
Untuk warangka, ia biasanya membuatnya menyerupai bentuk sampir perahu dan bulan sabit. Sampir perahu memiliki kemudi pada bagian belakangnya, sedangkan tipe bulan sehari atau bulan sabit berbentuk lengkungan sebagaimana bulan yang sedang menerangi malam.
Nilai ekonomi
Hulu keris buatan Heri Sutanto dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp150 ribu hingga Rp350 ribu, tergantung dengan tingkat kesulitan pengerjaanya. Adapun warangkan dia jual rata-rata seharga Rp300 ribu.
Hingga kini banyak pihak yang memanfaatkan keahliannya dalam membuat hulu, warangka maupun restorasi aksesori keris lainnya. Salah satu langganan tetap Cek Eri adalah Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, Sultan Palembang Darussalam yang dinobatkan sejak 2006.
PARLIZA HENDRAWAN
Pilihan Editor: Kirab Pusaka Solo akan Tampilkan Keris Raksasa Sepanjang 3,5 Meter