TEMPO.CO, Mataram - Musibah gempa di utara pulau Lombok pada tahun 2018, ternyata mampu membangkitkan kehidupan pariwisata di lembah Rinjani. Warga yang semula berkegiatan sebagai pemandu pendakian bangkit mengelola camping ground. Bahkan, mereka juga menghadirkan Sekolah Alam Rinjani atau SAR yang menanam, merawat dan reboisasi lahan.
Kebangkitan pelaku pariwisata diawali hadirnya bantuan para relawan. Mulai dari fasilitas kendaraan roda empat dan roda dua untuk keperluan mobilisasi aktivitasnya.
Cerita pelaku pariwisata
Baca Juga:
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupateen Lombok Timur Muhammad Nursandi mengaku terkejut dengan perkembangan kehidupan kawasan di kaki Rinjani. ‘’Pengunjung wisata berbondong-bondong di akhir pekan,’’ katanya kepada Tempo, Ahad 10 Desember 2023 pagi.
Salah satunya, Muchamad Taufiq, penduduk Gunung Sari Lombok Barat yang memiliki Rinjani Camping Ground seluas lima are di Dusun Berugak Mujur, Sembalun Timba Gading. ‘’Tersedia satu kamar untuk disewakan, satu kamar untuk ditempati sendiri, tiga kamar mandi umum dan satu gudang kecil,’’ ucapnya.
Lainnya, Ghazi Akbar, asal Praya Lombok Tengah. Dia memiliki tujuh kamar penginapan di atas lahan 17 are yang dibeli orang tuanya, guru di Sambelia asal Yogyakarta pada tahun 2017. ‘’Nah setelah sering ketemu bule yang mendaki, menganjurkan disewakan,’’ ucap Ghazi.
Menurutnya, selama jalur pendakian Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut atau mdpl, dibuka pada April hingga Desember banyak para pendaki yang memerlukan kamar penginapan. "Dominan bule mancanegara yang menyewa Rp 250 ribu semalam sekamar,’’ katanya.
Lain lagi dengan Amir Ritis, 36 tahun, salah seorang pelaku trek organizer atau pemandu pendakian Rinjani. Setelah gempa 2018 dia mendapatkan kesempatan mengelola lahan hingga satu hektar, untuk camping ground dilengkapi musala dan dua unit rumah bambu.
Sekolah Alam Rinjani
Kini Sekolah Alam Rinjani atau SAR menjadi anggota jaringan Sekolah Alam Nusantara. SAR adalah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, lingkungan dan budaya.
Berlokasi di Desa Timba Gading Sembalun. Ada 12 orang anggota yang memiliki latar belakang berbeda. Masing-masing memiliki pekerjan di bidang pendidikan, lingkungan alam dan pariwisata.
"Di sini berwisata bisa sambil belajar, ‘’ kata Ketua SAR Munazil, 25 tahun. Seperti kegiatan penyiapan bibit dan sumber mata air, pengelolaan sampah, program konservasi tanaman hias dan anggrek.
Camping ground yang dikelola SAR memiliki kapasitas 100 orang. Sewanya per orang Rp 65 ribu. ‘’Sewanya dibagi hasil,’’ kata Munazil di Timba Gading Kecamatan Sembalun.
Mertawi, pensiunan Camat Sembalun yang pernah menjadi Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur. Kini mengelola Nyampon Villa di Sembalaunn Lawang di lahan seluas 17 are. Memiliki tiga akamar vila dan bungalow yang mampu diinapi 10 orang itu mengenakan tarif Rp 500 ribu hingga Rp 1,45 juta. ‘’Alhamdulillah ramai sekarang,’’ ujarnya.
Pilihan editor: Deretan Bukit Indah di Lombok, Mudah Didaki, Cocok untuk Pemula, Harga Tiketnya Terjangkau