TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi atau BPPTKG Yogyakarta menyatakan hingga jelang akhir tahun 2023 ini, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi yang ditandai aktivitas erupsi efusif.
Status aktivitas Gunung Merapi pun hingga kini masih ditetapkan dalam Level III atau Siaga, alias belum turun atau naik ke level di bawah atau di atasnya sejak dinaikkan pertama pada November 2020 silam.
Apa penyebab status Gunung Merapi masih Siaga ?
Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso menjelaskan, Gunung Merapi secara administratif terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Gunung Merapi selama ini dipantau secara visual dan instrumental dari 5 Pos Pengamatan Gunung Api atau PGA yang berada di Pos Kaliurang (Kabupaten Sleman), Pos Ngepos dan Babadan (Kabupaten Magelang), serta Pos Jrakah dan Selo (Kabupaten Boyolali).
"Gunung Merapi memasuki masa erupsi efusif dengan tipe erupsi Tipe Merapi sejak tanggal 4 Januari 2021," kata Agus Sabtu 9 Desember 2023.
Erupsi Tipe Merapi itu dicirikan dengan terbentuknya kubah lava di puncak dan ketika kubah tidak stabil maka akan longsor atau gugur membentuk awan panas guguran atau APG.
Saat ini Gunung Merapi memiliki dua kubah lava yang masih aktif yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. "Sejak memasuki masa erupsi efusif, tercatat sebanyak 512 kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi," ujar dia.
Jarak luncur maksimum awan panas guguran Merapi sempat mencapai sejauh 5.000 meter atau 5 kilometer ke arah Sungai Gendol yang terjadi pada tanggal 9-10 Maret 2022.
Aktivitas awan panas guguran Merapi ini dominan terjadi di sisi barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak) yaitu sebanyak 393 kejadian, sisi tenggara (Sungai Gendol) sebanyak 65 kejadian, dan sisi selatan (Sungai Boyong) sebanyak 54 kejadian.
Selanjutanya intensitas erupsi meningkat