TEMPO.CO, Jakarta - Singapura dihuni oleh banyak etnis dari berbagai belahan dunia. Salah satunya adalah India. Etnis ini menempati sebuah kawasan yang dikenal dengan Little India, terletak di sepanjang Serangoon Road.
Little India dikenal sebagai lingkungan yang paling penuh warna, paling aromatik, dan juga salah satu yang tersibuk di Singapura. Itulah yang membuat banyak wisatawan tertarik pada distrik ini.
Little India, terletak di seberang Chinatown dan utara Kampong Glam, memiliki beberapa bangunan paling berwarna, pasar ramai yang menjual segala jenis pernak-pernik yang bisa ditemukan di India, restoran-restoran bercita rasa India, dan masih banyak lagi.
Area pacuan kuda
Dilansir dari Singapore Tourism, Little India dulunya memiliki area memiliki pacuan kuda, penggembala ternak, dan pembakaran batu bata. Pada 1840-an, alasan utama orang-orang Eropa tinggal di sini adalah untuk pacuan kudanya, tempat mereka bertemu dan berbaur.
Tempat pembakaran batu bata dihentikan pada tahun 1860. Setelah itu, pengembangan kawasan Serangoon berpusat pada ternak, yang mengangkut hasil bumi ke kota untuk dijual. Kawasan ini ideal untuk peternakan karena melimpahnya air dari kolam, rawa bakau, dan Sungai Rochor. Ini merupakan tempat pemandian bagi kerbau, yang merupakan pekerja keras Singapura pada saat itu. Kerbau digunakan untuk semua tugas berat, mulai dari mengangkut barang hingga jalan bergelombang.
Bangunan berwarna-warni di Serangoon Road kawasan Little India, Singapura. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Banyak industri yang berhubungan dengan peternakan didirikan di dalam dan sekitar Kandang Kerbau. Desa ini terletak di sebelah barat Jalan Serangoon dan kemudian dikenal dengan nama Kampong Kerbau. Industri tersebut termasuk rumah potong hewan, penyamakan kulit, dan penjaja susu.
Kehadiran industri peternakan menarik lebih banyak pemukim India seperti penggembala India Utara dari Uttar Pradesh dan Bihar pada awal tahun 1900-an yang menetap di Rochor Canal. Hingga tahun 1930-an, tukang susu Bengali dan Tamil juga dapat ditemukan di sekitar Buffalo Road dan Chander Road. Mereka bepergian dengan kambing dan sapi, membawa susu segar langsung ke depan pintu rumah pelanggan. Pemandangan umum lainnya adalah perempuan India yang bepergian dari rumah ke rumah, menjual thairu atau yoghurt segar buatan sendiri.
Dibangun pasar
Pada 1915, menurut laman Roots.gov.sg, dibangunlah Pasar Tekka di persimpangan jalan Serangoon dan Bukit Timah sebagai pusat penjualan hasil ternak. Jadi, pedagang tak perlu memenuhi pinggri jalan lagi.
Setelah itu, muncul industri lain, seperti gudang penggilingan gandum, tempat pemerasan minyak wijen, pabrik rotan, rumah asap karet, dan pabrik nanas. Meskipun industri-industri ini tampak tidak berhubungan, mereka mempunyai hubungan simbiosis yang berpusat pada lingkungan basah dengan kerbau yang menyediakan tenaga kerja. Produk limbah mereka sering digunakan sebagai pakan ternak.
Karena semakin banyak orang India, toko-toko dan fasilitas yang melayani kebutuhan mereka terus bertambah ini berkembang pesat. Ada pembuat karangan bunga, ahli nujum, tukang emas, rentenir, penjahit, pemilik restoran dan pemilik toko yang menjual koper, sari, rempah-rempah dan perbekalan lainnya dari India.
Nama Little India baru dikenal tahun 1980-an. Hal ini merupakan hasil upaya bersama yang dilakukan oleh Singapore Tourist Promotion Board (STPB) pada saat itu untuk mempromosikan pelestarian dan perayaan kawasan etnis Singapura.
Saat ini, Little India adalah sebuah distrik yang paling ramai dikunjungi wisatawan. Diluncurkan pada tahun 2017, Little India Heritage Trail mengungkap beberapa cerita dan kenangan kawasan ini, sekaligus menawarkan tiga rute tematik bagi pengunjung untuk lebih memahami kawasan ini.
Pilihan Editor: Begini Cara Hemat Jelajahi Singapura Ala Backpacker