TEMPO.CO, Jakarta - Peru menangguhkan kunjungan wisatawan ke beberapa bagian Machu Picchu karena kerusakan. Area yang dibatasi antara lain Kuil Condor dan Kuil Matahari, serta Intihuatana, struktur batu berukir yang dikeramatkan bagi suku Inca.
Pemerintah setempat mengumumkan pada Kamis, 28 September 2023, bahwa mereka menangguhkan kunjungan wisatawan ke beberapa bagian Machu Picchu karena erosi pada bangunan batu tertentu yang membentuk benteng Inca.
Situs kuno Inca merupakan destinasi wisata andalan Peru. Sekitar 3.800 wisatawan mengunjungi situs tersebut setiap hari. Benteng yang berjarak 130 kilometer dari Cusco, dibangun pada abad ke-15 di ketinggian 2.500 meter atas perintah penguasa Inca Pachacutec.
Namun, karena kerusakan akibat terlalu banyaknya wisatawan yang berkunjung, delegasi kementrian di kota Cusco, Maritza Rosa Candia, mengatakan pihaknya menangguhkan kunjungan ke tiga bagian tersebut. "Kerusakannya tidak dapat diubah. Kita harus melindungi warisan kita,” kata Maritza.
Sempat ditutup dan dibuka kembali pada Februari
Machu Picchu sempat sempat ditutup selama sebulan, karena protes dari masyarakat terhadap presiden terpilih. Saat ditutup, permintaan perjalanan turus drastis di negara itu. Baru pada Februari 2023, situs tersebut kembali dibuka.
Destinasi wisata populer di dunia itu, sering kali mengalami kepadatan yang berlebihan dan antrean panjang. Bahkan banyak wisatawan tidak dapat masuk. Hal ini mendorong pemerintah Peru mencari cara untuk mengelola peningkatan jumlah pengunjung selama beberapa tahun terakhir.
Warisan dunia UNESCOIklan
Scroll Untuk Melanjutkan
Machu Picchu dianugerahi status Warisan Dunia Unesco pada tahun 1983. Menurut UNESCO Machu Picchu digambarkan sebagai ciptaan perkotaan paling menakjubkan dari Kekaisaran Inca pada puncaknya. Tembok raksasa, teras dan landainya tampak seolah-olah pernah ada, dipotong secara alami terus menerus ke dalam lereng batu.
Selain itu, UNESCO juga menyoroti tantangan yang dihadapi situs tersebut, yaitu memerlukan pengelolaan yang lebih ketat. “Pariwisata sendiri merupakan pedang bermata dua, tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menimbulkan dampak budaya dan ekologi yang besar,” kata UNESCO.
Menurut UNESCO peningkatan pesat jumlah pengunjung ke cagar alam bersejarah Machu Picchu harus diimbangi dengan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan tersebut dari mengatur akses, mendiversifikasi penawaran, dan upaya untuk sepenuhnya memahami dan meminimalkan dampak. Selain itu, porsi pendapatan pariwisata yang signifikan dan lebih besar dapat diinvestasikan kembali dalam perencanaan dan pengelolaan.
HINDUSTAN TIMES | THE NATIONAL
Pilihan editor: Dampak Krisis Politik Peru, Machu Picchu Tak Bisa Dikunjungi Wisatawan