TEMPO.CO, Jakarta - Banyak wisatawan yang menggunakan Wi-Fi gratis bandara sambil menunggu untuk naik pesawat. Meski terlihat tidak berbahaya, penggunaan Wi-Fi ini rentan terhadap serangan penjahat dunia maya.
Claudia Gualdi, Travel Intelligence Data Lead untuk Riskline, sebuah perusahaan berbasis di Kopenhagen yang menyediakan penilaian risiko untuk ratusan tujuan perjalanan di seluruh dunia, mengatakan bahwa Wi-Fi gratis bandara bisa menghemat budget traveling karena data seluler sering kali terlalu mahal saat traveling ke luar negeri.
Namun, ia mengingatkan bahwa tidak ada jaringan Wi-Fi publik yang benar-benar aman, terutama karena dapat diakses oleh siapa saja. "Di bandara, risikonya bahkan lebih besar karena ribuan pelancong melakukan navigasi pada waktu yang sama di jaringan yang sama," kata dia, seperti dilansir Daily Mail, Ahad, 10 September 2023.
Gualdi mengatakan sulit mengetahui seberapa sering serangan ini terjadi, namun survei yang dilakukan oleh Forbes Advisor awal tahun ini menemukan bahwa 40 persen responden mengalami kebocoran informasi saat menggunakan Wi-Fi publik. Dari kelompok tersebut, 23 persen melaporkan bahwa kejadian tersebut terjadi di bandara.
Gualdi menjelaskan, pengguna Wi-Fi bandara yang tidak aman rentan terhadap berbagai jenis ancaman dunia maya seperti pencurian identitas dan informasi bank, akses tidak sah ke email, pencurian kata sandi, atau malware dari unduhan yang terinfeksi.
Selain itu, ada juga risiko serangan yang lebih kompleks. Salah satu contohnya adalah serangan "man-in-the-middle", yang memungkinkan peretas menguping komunikasi. Serangan lainnya adalah "sniffing attack", di mana data yang tidak dilindungi dapat diekstraksi dari sebuah perangkat oleh peretas.