TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan kemerdekaan acap kali dilakukan oleh berbagai orang dengan mengibarkan bendera di puncak gunung. Namun, salah satu gunung yang kerap digunakan sebagai upacara oleh berbagai pendaki, yakni Gunung Gede Pangrango ditutup jelang HUT Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2023.
Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) telah mengumumkan penutupan sementara aktivitas pendakian ke Gunung Gede Pangrango dari tanggal 13 sampai 18 Agustus 2023. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sapto Aji Prabowo pada 4 Agustus 2023.
“Kegiatan pendakian di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ditutup sementara disebabkan kondisi cuaca buruk di gunung tersebut,” ujar Sapto Aji melalui surat edaran yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor: SE 08/BBTNGGP/Tek/08/2023.
TNGGP sendiri telah melaporkan adanya penurunan suhu udara di puncak Gunung Gede Pangrango ke titik beku. Hal itu disebabkan oleh musim kemarau yang dapat membekukan embun dan air menjadi es. Suhu udara yang dingin tersebut dapat membuat pendaki rentan mengalami hipotermia. Dengan demikian, Balai Besar Taman Nasional Gunung memutuskan untuk menutup sementara Gunung Gede Pangrango untuk mengantisipasi pendaki yang bisa saja terjangkit hipotermia.
Tentang Gunung Gede Pangrango
Gunung Gede Pangrango adalah salah satu gunung api aktif di Jawa Barat yang bertipe stratovolcano. Dilansir dari situs Gedepangrango.org, secara geografis Gunung Gede Pangrango terletak antara 106º51`-107º02`BT dan 6º41`-6º51` LS. Sementara itu, secara administratif Gunung Gede Pangrango termasuk dalam tiga Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yakni Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur dengan luas 24.270,80 Ha.
Kawasan Gunung Gede Pangrango ini telah dikenal sejak zaman Belanda yang kerap didatangi oleh para peneliti botani Belanda. Penelitian tentang botani di wilayah Gunung Gede Pangrango memang memiliki peran penting dalam sejarah konservasi dan penelitian botani di Indonesia.
Gunung Gede Pangrango sendiri pertama kali ditetapkan sebagai kawasan konservasi pada 1899 dengan nama Cagar Alam Cibodas. Hal itu ditetapkan berdasarkan Besliut van den Gouverneur General van Nederlandsch Indie 17 Mei 1889 No. 50 tentang Kebun Raya Cibodas dan areal hutan di atasnya sebagai contoh flora pegunungan Pulau Jawa dan merupakan cagar alam dengan luas 240 Ha.
Setelah itu, pada 1919 melalui Besluit van den Gouverneur General van Nederlandsch Indie 11 Juni 1919 No. 33 staatsblad No. 329-15 memutuskan untuk memperluas areal dengan hutan di sekitaran Air Terjun Cibeureum dan menetapkan areal hutan lindung di lereng Gunung Gede Pangrango dekat desa Caringin.
Pemerintah Belanda pada 1925 kemudian menetapkan daerah puncak Gunung Gede, Gunung Gumuruh, Gunung Pangrango, dan DAS Ciwalen Cibodas sebagai Cagar Alam Cibodas dengan luas 1040 Ha.
Kawasan Gunung Gede Pangrango kemudian ditetapkan Unesco sebagai kawasan konservasi sebagai zona inti Cagar Biosfer Cibodas pada 1977. Hal itu melingkupi jalan raya Ciawi, Sukabumi, sampai Cianjur sebagai Cagar Biosfer Cibodas. Kawasan tersebut semakin diperluas dari kompleks hutan Gunung Gede, Gunung Pangrango Utara, Cikopo, Geger Bentang, Gunung Gede Timur, Gunung Gede Tengah, Gunung Gede Barat, dan Cisarua Selatan yang kemudian ditetapkan sebagai Cagar Alam Gunung Gede Pangrango dengan luas 14.000 Ha.
Status TNGGP atau Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sendiri ditetapkan oleh Menteri Pertanian kala itu pada 6 Maret 1980 yang mencakup kawasan Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango, Taman Wisata Situgunung, dan hutan alam di lereng Gunung Gede Pangrango.
Kini kawasan Gunung Gede Pangrango memiliki luas sampai 24.270,80 Ha melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003. Untuk mencapai puncak Gunung Gede Pangrango terdapat tiga jalur resmi pendakian, yakni Salabintana di Kabupaten Sukabumi serta Cibodas dan Gunung Putri di Kabupaten Cianjur.
Pendakian yang cenderung landai membuat Gunung Gede Pangrango menjadi tempat favorit para pendaki pemulai, meskipun begitu perlu pemahaman dan mental yang cukup dalam mendaki karena risiko hipotermia dan risiko lain harus dipertimbangkan secara matang.
ANANDA BINTANG l ERWIN PRIMA
Pilihan Editor: Puncak Gunung Gede Pangrango Membeku TNGGP Tutup Aktivitas Pendakian