TEMPO.CO, Yogyakarta - Persoalan sampah tak terangkut di Yogyakarta mulai menampakkan dampak serius pascapenutupan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Piyungan selama 45 hari sejak Ahad, 23 Juli 2023. Penutupan TPA Piyungan akibat overload itu praktis mematikan aktivitas pengangkutan hingga pemrosesan sampah di tiga kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta yakni Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul.
Sampah di Ikon Cagar Budaya Kotabaru
Pantauan Tempo, tumpukan sampah rumah tangga mulai bertebaran di jalanan pusat Kota Yogyakarta pada Senin, 24 Juli 2023. Tak terkecuali di kawasan premium yang juga cagar budaya Kotabaru.
Tumpukan sampah dibungkus kantong-kantong plastik tampak menumpuk di dekat ikon Kotabaru, Gardu Babon Aniem. Mengeluarkan aroma tak sedap dan dikerumuni lalat. Babon Aniem sendiri merupakan bangunan bersejarah cikal bakal aliran listrik Kota Yogya yang dibangun saat penjajahan Belanda sekitar 1919 silam.
"Itu (sampah) bukan dari warga sini, dugaan kami dari orang lewat naik motor terus dilempar karena sampah di kampungnya tak terangkut, jadi mereka buang sembarangan," kata Suryo Kumoro, warga Kotabaru yang depan rumahnya ketiban sampah sampah itu.
Tanah Kas Desa Disiapkan untuk TPA
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan untuk menangani tak terangkutnya sampah warga akibat TPA Piyungan overload, pemerintah tengah menyiapkan lahan alternatif di lereng Gunung Merapi, persisnya Kecamatan Cangkringan Sleman. "Kami sementara siapkan tanah kas desa di Kecamatan Cangkringan Sleman," ujar Sultan, Senin 24 Juli 2023. Lahan di lereng Merapi itu khusus untuk menampung sampah dari Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.
Sultan mengungkapkan, lahan alternatif untuk pembuangan akhir sampah tersebut merupakan tanah kasultanan atau Sultan Ground (SG) yang dimiliki Keraton Yogyakarta. "Lahan itu sedang disiapkan, agar sampah tidak menumpuk lagi," kata Sultan.
Persiapan lahan alternatif itu diantaranya melapisi dengan lapisan geomembran. Agar limbah air lindi dari tumpukan sampah tidak meresap ke tanah dan mencemari lingkungan sekitarnya. Lokasi lahan alternatif itu sendiri disebut cukup jauh dari pemukiman.
Pilihan Editor: Kunjungan Wisata Sedang Tinggi, Yogya Terancam Darurat Sampah Sampai September