TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyatakan Kepulauan Sunda Kecil berupa gugusan pulau di timur Pulau Jawa dan Bali di sebelah barat hingga Pulau Timor di timur menyimpan keanekaragaman hayati yang melimpah. Sunda Kecil menjadi rute migrasi hewan-hewan laut dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik atau sebaliknya.
Beberapa spesies karismatik langka ada di sana, di antaranya ikan mola-mola, hiu paus, pari, dan penyu. Sejak Maret 2020 sampai 31 Agustus 2023, proyek pelestarian terumbu karang dari praktik penangkapan ikan yang merusak, polutif, dan memicu perubahan iklim dilakukan di perairan Sunda Kecil.
Bappenas bersama Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) menjalankan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang di wilayah itu. Program bernama Coremap-CTI itu merupakan fase ketiga rangkaian program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang yang telah berlangsung sejak 1998.
Program tersebut mendapat dukungan pendanaan melalui dana hibah yang bersumber dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dengan total anggaran Rp 72,8 miliar atau setara USD 5,2 juta. Lokasi proyek terletak di Sunda Kecil, yakni Nusa Penida di Bali, serta Gili Matra dan Gili Balu di Nusa Tenggara Barat. Coremap-CTI menghasilkan peningkatan kapasitas untuk mengelola ekosistem terumbu karang di dalam serta di luar kawasan konservasi.
Kejar target 2045
Direktur Eksekutif ICCTF, Tonny Wagey, mengatakan ada lima manfaat yang dihasilkan melalui proyek tersebut, yaitu meningkatkan efektivitas pengelolaan untuk 30 ribu hektare kawasan laut yang dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan, meningkatkan jasa ekosistem pada 7.431 hektare area terumbu karang, dan 857,6 hektare area mangrove. Kemudian, meningkatkan status konservasi spesies laut seperti ikan mola-mola, hiu, dan penyu melalui pembuatan kode etik, standar operasional prosedur, dan rencana aksi, implementasi praktik perikanan berkelanjutan untuk komoditas inti perikanan kakap dan tuna, serta pengembangan praktik budidaya rumput laut yang berkelanjutan.
Sunda Kecil adalah satu dari 11 ekoregion yang berada di segitiga terumbu karang. Wilayah itu memiliki 76 persen spesies karang, 2.631 spesies ikan karang, dan enam jenis penyu. Oleh karena itu, potensi yang sangat besar tersebut harus selalu dijaga dan dilestarikan agar bisa berkontribusi terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan ekonomi di kawasan pesisir. Lebih dari itu, mampu mempercepat Indonesia mewujudkan target 30 persen kawasan konservasi laut pada 2045.
Pilihan Editor: Ingin Wisata Terumbu Karang di Nusa Penida? Cek Tarifnya