TEMPO.CO, Jakarta - Dua pemuda basah kuyup duduk di atas pembatas ombak karena baru saja turun ke dasar laut, mengambil beberapa terumbu karang untuk dikembangbiakkan di perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali. Jemari mereka cekatan mematahkan terumbu karang yang tersimpan di dalam kotak plastik berisi air laut.
Di bawah naungan Kelompok Nuansa Pulau yang berdiri sejak 2020, mereka melakukan restorasi terumbu karang yang rusak untuk merawat ekosistem laut. I Gusti Ngurah Gede Hartawan, 23 tahun, salah seorang anggota Kelompok Nuansa Pulau, melalui dukungan pendanaan organisasi nirlaba Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) telah membenamkan 200 reef stars berdiameter 50 cm ke dasar perairan dengan kedalaman 2-5 meter.
Reef stars menjadi tempat menempel dan berkembangnya 3.000 fragmen karang dalam proyek restorasi tersebut. Kelompok Nuansa Pulau kala itu terbentuk dari para pelajar yang kebingungan tidak ada pekerjaan karena sektor pariwisata mati suri akibat pandemi Covid-19.
Jumlah anggota kelompok itu kini telah berjumlah 30 orang. Selain rutin melakukan restorasi terumbu karang, mereka juga menyediakan jasa wisata bawah laut melalui snorkeling dengan tarif Rp 100 ribu per wisatawan. Paket wisata itu sudah termasuk pemandu untuk menjelajahi kebun terumbu karang dan melihat berbagai jenis ikan yang berenang bebas di antaranya.
Restorasi terumbu karang
Menurut kajian dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), setiap satu hektare terumbu karang yang kondisinya baik mampu memberikan nilai ekonomi mencapai Rp 17 miliar per tahun. Nilai ekonomi itu bersumber dari terumbu karang yang berfungsi sebagai lokasi penangkapan berbagai jenis biota laut, baik konsumsi maupun hias, bahan baku farmasi, hingga objek wisata.
Indonesia memiliki kawasan konservasi laut seluas 28 juta hektare atau setara 12 persen dari total luas perairan di negara ini. Pemerintah berambisi meningkatkan persentase kawasan konservasi laut menjadi 30 persen pada 2045, saat Republik Indonesia genap berusia satu abad.
Bagi Gusti dan 29 pemuda lain yang tergabung ke dalam Kelompok Nuansa Pulau, laut bukan sekedar tempat mencari makan tetapi memiliki andil besar terhadap masa depan Bumi. Ketika suhu air laut terus mengalami peningkatan akibat pemanasan global, terumbu karang akan rusak, yang membuat biota laut kehilangan tempat tinggal. Kondisi itu dapat memperparah dampak krisis pangan yang dialami oleh manusia.
Restorasi terumbu karang secara ekologi adalah upaya menjaga ekosistem laut agar biota laut bisa memiliki rumah dan berkembang biak. Ekosistem pesisir yang lengkap, berupa mangrove, lamun, dan terumbu karang, juga mampu menyerap karbon dengan jumlah yang sangat besar.
Pilihan Editor: Mengenal Kepulauan Derawan yang Terdapat di Uang Baru Rp 20 Ribu