TEMPO.CO, Watampone - Foto-foto bissu atau pandita sakti waria Bugis menyambut pengunjung di ruangan utama Museum La Pawawoi, Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, Senin, 26 Juni 2023. Potret hitam putih para bissu zaman kerajaan Bone diapit dua foto sekumpulan bissu berpakaian adat Bugis atau baju kurung dalam warna merah jambu. Ada juga foto seorang bissu menghadap keris di atas kaca di samping foto-foto itu.
Empat potret itu diletakkan di atas kaca yang mengurung benda-benda pusaka zaman kerajaan. Ada keris, kipas, alat-alat musik bebunyian seperti seruling, gong, dan rebana.
Museum La Pawowoi Ungkap Pentingnya Peran Bissu
Museum La Pawowoi menjadi saksi pentingnya peran bissu dalam acara sentral kerajaan, di antaranya pelantikan raja, pernikahan dan kelahiran keluarga bangsawan, dan penyucian benda pusaka. Bissu atau gender kelima, masyarakat Sulsel mengenalnya, punya tempat yang spesial dan terhormat.
Di museum itulah, para bissu menjalani pentahbisan. Salah satunya adalah Puang Matoa Ancu, imam bissu yang dilantik pada 1998. Dalam usia 33 tahun, Puang Matoa Ancu menerima tanggung jawab untuk memimpin komunitas bissu di Bone.
Ayah dan ibunda Puang Matoa Ancu yang semula menolak identitasnya karena menjadi waria menerima dan merasa bangga. "Mereka datang menyaksikan pentahbisan," ujar Puang Matoa Ancu ditemui di rumahnya di Watampone, Bone.
Puang menunjukkan foto dia yang sedang berdiri mengenakan baju kurung. Dalam potret itu, Puang Matoa Ancu muda terlihat cantik dengan sanggul berhiaskan manik-manik dan anting-anting. Warga Bone berbondong-bondong mendatangi museum itu dan mengarak Puang Matoa Ancu dalam suasana yang gembira ria.
Mengenal La Pawawoi
Museum La Pawawoi menampati bangunan bekas Istana Andi Mappunyokki, Raja Bone ke-32. Bupati Bone, Suaib mendirikan museum itu pada 5 Januari 1971. Nama museum meminjam nama Raja Bone ke-31 yang menjadi pahlawan nasional, yakni La Pawawoi Karaeng Sigeri.
La Pawawoi lahir pada 1835, merupakan pahlawan Perang Bone I, II, III, dan IV melawan Belanda. Pada 14 Desember 1906, ia menjadi tawanan dan diasingkan ke Bandung. Setelah bertemu Gubernur Jenderal Belanda, dia mengucapkan sumpah yang berbunyi biar tubuhku menghadap atau tertawan, hatiku pantang menyerah kepada kompeni.
Museum La Pawawoi di Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Senin, 26 Juni 2023 (TEMPO/Shinta Maharani)
Di Museum La Pawawoi Simpan Barang Berharga Ini