TEMPO.CO, Magelang - Setelah melakukan perjalanan panjang sekitar tiga bulan, para biksu yang melaksanakan ritual Thudong kembali ke negaranya masing-masing. Ritual ibadah dengan mengembara dan berjalan kaki itu mencapai puncaknya pada peringatan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur pada Ahad, 4 Juni lalu.
Koordinator Humas Waisak Nasional 2567 B.E. Tahun 2023, Erik Fernando mengatakan ada 28 biksu yang berangkat dari Borobudur untuk transit dulu ke Jakarta pada Senin, 5 Juni 2023 menggunakan bus. "Baru dari Jakarta naik pesawat, 28 ke Thailand, 3 ke Malaysia, 1 biksu Wawan kembali ke Cirebon," kata dia, Selasa, 6 Juni 2023.
Para biksu itu diantar oleh sejumlah umat Buddha dan panitia perayaan Waisak 2023. "Pulangnya penerbangan 09.30 dari Bandara Soekarno Hatta, turun di Bangkok dengan menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam," kata Erik.
Kesan biksu thudong
Kepulangan para biksu tersebut menyisakan kenangan tersendiri dari panitia maupun masyarakat yang baru pertama kali melihat perjalanan panjang itu.
Sementara itu, biksu Witjay yang juga melakukan Thudong mengaku merasa lega dan senang lanataran sudah bisa mengikuti Waisak sekaligus melihat Candi Borobudur secara langsung. "Kepulangan kami menggunakan pesawat dengan pelayanan yang sangat maksimal, masyarakat Indonesia sungguh memberikan kesan mengagumkan bagi kami," kata dia kepada Tempo.
Witjay mengatakan saat ada kesempatan, dirinya akan kembali mengunjungi Indonesia untuk beribadah sekaligus berwisata. "Masih ingin menyaksikan keindahan Indonesia lainnya, alam, budaya, semoga bisa ke sini lagi lain waktu," kata dia.
Sementara itu, Panglima Tertinggi Laskar Macan Ali Nuswantara yang menjadi pendamping para biksu Thudong, Prabu Diaz mengatakan ada rasa haru saat mengantar kepulangan mereka. Kelompoknya terus mendampingi para biksu sejak awal keberangkatan.
"Tidak terasa tiga bulan berlalu begitu cepat, tugasnya sekarang sudah selesai, saatnya para biksu kembali ke negaranya masing-masing," kata Diaz.
Bagi Diaz, suatu kehormatan tersendiri bisa mengawal peribadahan Thudong dari awal sampai selesai meskipun ia memeluk keyakinan berbeda. "Saya Muslim, tetapi tugas mengantar Thudong bisa tuntas hari ini, sebagai bukti bahwa toleransi bukan hanya digaungkan dalam kata-kata, tetapi diwujudkan pada kehidupan sehari-hari," kata dia.
Pilihan Editor: Cerita Perjalanan Thudong dari Thailand: Mulanya 33 Biksu, Satu Sempat Alami Cedera
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.