TEMPO.CO, Yogyakarta - Grebeg Syawal adalah salah satu tradisi yang diadakan di Keraton Yogyakarta untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi yang dilakukan setiap tahun pada 1 Syawal ini merupakan wujud syukur "ngarso dalem" atas berakhirnya bulan Ramadan.
Wakil Penghageng KHP Widya Budaya Keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rinta Iswara menjelaskan bahwa Grebeg adalah salah satu upacara yang secara rutin dilakukan oleh keraton hingga saat ini.
Kata "Grebeg" berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti "berjalan bersama-sama di belakang Ngarsa Dalem" atau seseorang yang dianggap seperti Ngarsa Dalem.
Menurutnya, Grebeg Syawal yang diadakan di Keraton adalah Hajad Dalem, yaitu sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton untuk memperingati hari besar agama Islam, seperti Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Apa yang dilakukan saat Grebeg Syawal?
Dalam Grebeg Syawal, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengadakan upacara adat yang melibatkan para abdi dalem dan masyarakat sekitar.
Upacara dimulai dengan perarakan gunungan yang dibuat dari berbagai bahan, seperti nasi, bunga, sayur, buah, kain, dan berbagai barang lainnya. Gunungan-gunungan ini melambangkan berkat dan hasil panen yang dipersembahkan kepada Sultan dan masyarakat.
Terdapat lima gunungan yang diarak pada perayaan Grebeg Syawal, yaitu Gunungan Utama, Gunungan Banteng, Gunungan Jaran Kepang, Gunungan Bregodo, dan Gunungan Barong. Masing-masing gunungan memiliki simbol dan filosofi yang berbeda.
“Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan tadi,” kata Rinta Iswara.
Selama perarakan gunungan, masyarakat di sekitar Keraton berbondong-bondong untuk menyaksikan dan berpartisipasi dalam acara tersebut. Tidak hanya itu, para pengunjung juga dapat mencicipi hidangan khas Yogyakarta yang disajikan di tenda-tenda yang berjejer di sekitar Keraton.
Tradisi Grebeg Syawal ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Yogyakarta. Selain sebagai wujud syukur, acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antara masyarakat dan Keraton.
Menurut Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Dwi Wahyu Atmaji, Grebeg Syawal merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya yang harus terus dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga memperlihatkan betapa kaya dan indahnya budaya Indonesia.
Meskipun Grebeg Syawal telah menjadi tradisi yang berusia ratusan tahun, namun tetap dilaksanakan setiap tahun dengan penuh semangat dan kegembiraan. Acara ini berhasil mengundang perhatian masyarakat dari berbagai daerah dan menjadi daya tarik wisata yang penting bagi Yogyakarta.
TIM TEMPO | MENPAN
Pilihan editor : Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta Sabtu Ini Tak Lewat Alun-alun Utara Ini 5 Gunungan yang Diarak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.