TEMPO.CO, Jakarta - Tahun baru Thailand atau yang dikenal dengan nama Songkran merupakan salah satu perayaan terbesar yang diadakan di Thailand setiap tahunnya. Bahkan, festival ini dikenal di seluruh dunia sebagai kegiatan paling ramai di Asia Tenggara, di mana jutaan orang dari seluruh dunia datang untuk merayakan acara tersebut.
Festival Songkran dikatakan berasal dari festival musim semi Hindu yang menandai datangnya musim panen baru di India kuno.
Sistem kalender Thailand
Sistem kalender Thailand yang dipakai untuk menentukan hari Songkran cukup unik. Penanggalan ini disebut sebagai "penanggalan Suriyakhati" atau "penanggalan Matahari".
Mengutip dari tatnews.org, kata “Songkran” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta kuno, yang berarti 'melangkah ke', 'masuk', atau 'melewati'. Makna ini menggambarkan pergerakan bulanan atau 'lintasan astrologi' dalam zodiak dari satu bidang ke bidang berikutnya.
Pada bulan April, matahari meninggalkan bidang Aries dan memasuki bidang Taurus, periode yang dikenal sebagai Maha Songkran atau Songkran Agung. Ini menandakan dimulainya Tahun Baru Thailand.
Sistem penanggalan ini menetapkan awal tahun baru pada 13 April. Selain itu, penanggalan Suriyakhati juga membagi satu tahun menjadi 12 bulan, seperti sistem penanggalan Gregorian yang digunakan secara internasional.
Kegiatan Festival Songkran
Festival Songkran diperingati selama tiga hari pada tanggal 13-15 April, sekaligus merayakan pergantian tahun baru dalam penanggalan Thailand. Di beberapa daerah, perayaan ini bisa berlangsung lebih lama.
Pada hari pertama festival yang dikenal sebagai Hari Songkran, orang-orang di Thailand melakukan kegiatan membersihkan rumah dan tempat umum seperti kuil dan sekolah.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan nasib buruk dari tahun sebelumnya dan mempersiapkan diri menghadapi tahun baru.
Kegiatan utama lainnya adalah Song Nam Phra, yaitu ritual yang melibatkan penuangan air wangi ke arca suci Buddha di dalam wihara. Namun, perlu diingat bahwa air yang digunakan biasanya diberi wewangian dengan parfum yang disebut Nam Ob, tidak dituangkan ke kepala arca, melainkan ke badan dan pakaian.
Pada hari kedua, yaitu tanggal 14 April, dan disebut sebagai Wan Nao, masyarakat Thailand biasanya mempersiapkan makanan dan persembahan untuk diberikan kepada biksu dan kuil pada hari berikutnya.
Selain itu, ini juga waktu untuk menghormati orang yang lebih tua, di mana generasi muda menyiapkan air mawar dan melati serta air wangi Nam Op untuk membasuh kaki orang tua mereka dalam upacara yang disebut Rot Nam Dam Hua.
Dalam upacara ini, orang tua memberikan restu kepada anak-anak mereka sambil memberikan karangan bunga melati sebagai tanda kasih sayang. Banyak orang juga membuat stupa pasir yang dikenal sebagai Chedi Sai di halaman kuil lokal mereka sebagai semacam pagoda pribadi dan cara keluarga yang menyenangkan untuk membuat persembahan spiritual.
Orang-orang di Thailand juga memiliki kebiasaan baik dengan melepaskan burung atau ikan ke dalam sungai atau saluran air sebagai tindakan karma positif.
Tanggal 15 April, yang merupakan hari ketiga perayaan Songkran, biasanya disebut sebagai Wan Payawan. Pada hari ini, orang-orang biasanya memulai hari dengan mengunjungi kuil lokal untuk memberikan persembahan makanan dan pakaian kepada para biksu, yang kemudian mendoakan mereka.
Selain itu, ada juga ritual-ritual lain yang dilakukan pada ketiga hari di awal Tahun Baru Thailand ini dan dipercaya membawa keberuntungan di tahun tersebut.
THAILANDFORMATS | TATNEWS
Pilihan editor : Meriahnya Perayaan Festival Lilin Ubon Ratchathani di Thailand
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.