TEMPO.CO, Yogyakarta - Bukan rahasia lagi jika label 'tempat transit' atau wisata ampiran alias sekadar mampir, masih kerap disematkan kalangan pelaku perjalanan terhadap Yogyakarta. Kota wisata itu oleh para traveler, terutama mancanegara, menjadi titik singgah karena tujuan utama para turis itu masih Bali saat melancong ke Indonesia.
"Image Yogya sebagai tempat wisata ampiran ini yang kini perlahan kami ubah lewat sejumlah upaya, agar Yogya jadi tujuan utama wisata, bukan sekadar mampir lagi," kata Sekretaris Dinas Pariwisata DI Yogyakarta Anita Verawati, Rabu, 22 Februari 2023.
Label wisata ampiran ini menandakan lama tinggal atau length of stay para turis tak akan lama atau mentok hanya satu-dua hari. Dengan pendeknya lama tinggal itu, putaran uang yang masuk ke Yogyakarta pun diperkirakan juga minim.
Vera yang juga menjabat pelaksana tugas Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata DI Yogyakarta itu mengatakan modal pertama untuk membuat Yogya sebagai destinasi utama jelas karena kelengkapan infrastruktur yang kini lebih memadai. "Terutama keberadaan bandara YIA (Yogyakarta International Airport) di Kulon Progo, tinggal sekarang bagaimana mendorong agar bandara ini lebih banyak melayani direct flight (penerbangan langsung antar negara)," kata dia.
Direct flight yang tersedia di bandara YIA saat ini masih dominan tujuan Yogyakarta-Malaysia dan Yogyakarta-Singapura. Tak ayal, turis asal dua negara itu menempati puncak tertinggi kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta.
"Bulan Februari ini kami sudah mengirimkan surat ke Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, agar bisa segera membuka akses direct flight lebih banyak di Bandara YIA, terutama di luar non ASEAN," kata Vera.
Vera juga menuturkan, optimalisasi layanan penerbangan di Bandara YIA yang berstandar internasional diprediksi dapat mempercepat pemulihan kunjungan wisata Yogya seperti 2018 atau sebelum pandemi Covid-19, baik untuk wisatawan domestik dan asing. "Pada 2018 lalu kunjungan wisatawan domestik tercatat 28 juta orang dalam setahun, pada 2023 ini kami perkirakan akan masih bertahan 20 juta," kata dia.
Sedangkan pada 2019, menurut Vera, kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta berkisar 550 ribu orang. Namun tahun 2023 diprediksi masih dikisaran angka 35 ribu wisatawan asing yang akan berkunjung ke Yogya.
Selain itu, lengkapnya akomodasi seperti perhotelan di Yogyakarta menjadikan kekuatan tersendiri. Contoh terdekat, peserta perhelatan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan 'Aisyiyah Tahun 2022 di Solo November lalu memilih menginap di sekitar 90 hotel Yogyakarta.
Pengamat pariwisata yang juga Dosen Vokasi Universitas Gadjah Mada Tazbir Abdullah mengatakan modal Yogyakarta sebagai destinasi utama ditunjang dengan sektor MICE atau Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition yang kian mapan dibanding daerah lain di Indonesia. "Yogyakarta secara event lebih kaya dan intens, ekosistemnya sudah terbentuk, ini yang musti digarap lebih fokus untuk menarget pasar pasar wisatawan mancanegara," kata dia.
Ekosistem pariwisata yang terbentuk ini memungkinkan arah baru wisata Yogyakarta berkembang dalam konsep experience tourism. Tak hanya itu, Tazbir membeberkan spot-spot wisata buatan yang bermunculan di Yogyakarta membuat pasar bergerak dinamis. Sebab spot-spot baru itu bermunculan bukan di pusat perkotaan, tapi justru daerah daerah pinggiran Yogyakarta seperti pedesaan.
Pilihan Editor: 13 Oleh-oleh Khas Yogyakarta yang Enak dan Wajib Dibeli
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.