TEMPO.CO, Riau - Saat berkunjung ke Natuna Kepulauan Riau, destinasi wisata bebatuan menjadi salah satu tujuan wisata favorit. Bentang alam itu yang membuat Natuna masuk sebagai salah satu geopark nasional.
Bentang bebatuan itu muncul dari dasar dalam tanah. Tidak hanya di tepi pantai, bebatuan menyebar hingga ke darat bahkan di depan perkarangan rumah warga. Salah satunya bisa disaksikan di Tapak Natuna.
Objek wisata bebatuan itu berada di kawasan Natuna Dave Resort di Jalan Raya Sepemapang, Buguruan Timur, Kabupaten Natuna. Dari Bandara Udara Raden Sadjad Natuna hanya butuh sekitar satu jam perjalanan menuju Tapak Natuna.
Menjelang sampai di Tapak Natuna, pengunjung akan disuguhkan pemandangan pantai disepanjang jalan raya. Pohon kelapa yang menjulang ke langit dan pemandangan lepas laut Natuna akan memanjakan mata ketika disaksikan dari kendaraan.
Namun, sekarang pemandangan itu sedikit terganggu karena sudah terdapat beberapa bangunan rumah warga di sepanjang jalan yang menutupi pantai. “Kalau dulu, rumah-rumah ini tidak ada, jadi pandangan kita lepas, dan lebih cantik,” ujar Rahmat Wijaya, salah seorang warga Natuna yang mengajak Tempo berkunjung ke Tapak Natuna itu awal November 2021.
Tapak Natuna berada di sebelah kanan jalan, tepat mengarah ke Laut Natuna. Jika berkeliling Natuna, sebaiknya siapkan tranportasi pribadi, misalnya menyewa kendaraan roda dua atau roda empat. Pengunjung bisa juga menggunakan tranportasi yang disewakan tempat penginapan. Sedangkan untuk transportasi umum tidak terlihat ada di Natuna.
Sebelum menuju Tapak Natuna, pengunjung akan melihat bangunan ‘Natuna Dave Resort’. Bangunan itu berada di tengah hamparan bebatauan dan pohon kelapa yang subur.
Selain tempat menginap, Natuna Dave Resort sering menjadi tempat swafoto karena bangunannya yang unik. Tidak salah, Natuna Dave Resort menjadi resort tebaik penerima penghargaan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Award 2021 beberapa waktu lalu.
Arsitektur bangunan resort ini mendapat pujian karena menjaga lingkungan alam dan kearifan lokal. Di kawasan resort juga terdapat kafe dengan minuman khas kopi ‘sebalau’ dan berbagai minuman dan makanan lainnya.
Meskipun berada di kawasan resort, objek wisata Tapak Natuna dibuka untuk masyarakat umum. “Kawasan ini terbuka untuk umum, tidak hanya untuk pengunjung yang menginap di resort,” kata Pengelola Natuna Dave Resort Bobby Rozano.
Kondisi Tapak Natuna ini menjorok ke laut. Pengunjung akan melintasi jembatan kayu yang berada di atas air di tepi laut. Di bagian kiri kanan jembatan terdapat bebatuan yang muncul dari dasar tanah. Sedangkan di bagian ujung menyambut batu-batu besar.
Saat air laut sedang surut, beberapa batuan jelas terlihat muncul dari pasir laut yang bersih. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang ukuran tinggi satu meter, hingga belasan meter.
Bebatuan ini juga memiliki jenis warna bervariasi. Bagian atas telihat hitam, kemudian bagian tengah mulai berwarna putih, seperti kue lapis, dari hitam, putih, orange, abu-abu hingga hijau.
Jembatan yang berada di atas pantai ini menuju ke beberapa batu yang paling besar di Tapak Natuna. Jembatan kayu berukuran satu meter ini membawa pengunjung mengelilingi bebatuan besar di ujung Tapak Natuna.
Tidak hanya itu, di bagian tengah bebatuan terdapat bendungan kecil yang dibangun seperti kolam. Air ombak yang menghantam batu masuk ke dalam kolam terlihat sangat jernih dan biru.
“Kalau air pasang ini (kolam) penuh, anak-anak lokal disini bermain, meloncat dari atas batu itu, kalau saya tidak berani,” kata Bobby sambil menunjukan kolam yang diapit bebatuan tinggi di atas laut itu.
Pesona Tapak Natuna ini tidak hanya sampai di situ. Jika melihat ke belakang tepatnya ke arah darat pemandangan Gunung Ranai sangat jelas terlihat. Apalagi ketika puncaknya diselimuti awan-awan kecil seperti benang sutra.
"Ini menakjubkan awannya seperti benang sutra,” ujar Doni, salah seorang pengunjung Tapak Natuna yang tidak henti-henti mengabadikan momen ini melalui smartphonenya.
Saat ini, Natuna resmi ditetapkan menjadi geopark nasional oleh Komite Nasional Geopark Indonesia. Geopark merupakan sebuah konsep manajemen pengembangan suatu kawasan (dengan luas tertentu) secara berkelanjutan yang memadu serasikan tiga keanekaragaman alam, yaitu geologi (geodiversity), hayati (biodiversity) dan budaya (culturaldiversity). Konsep ini berpilar pada aspek konservasi, edukasi, pemberdayaan masyarakat, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal melalui geowisata.
Kepala Dinas Pariwisata Natuna Hardinansyah mengatakan Natuna memiliki keberagaman bebatuan yang umurnya sudah ada sejak 180 juta tahun lalu. "Bebatuan ini berasal dari kerak samudera, kerak benua dan sungai purba," kata dia.
Beberapa objek wisata terdapat di Natuna, seperti Gua dan Pantai Bamak di Buguran Timur Laut, Taman Batu Alif di Buguruan Timur, Tanjung Datu Buguran Utara, Pulau Senua Buguran Timur, Senubing Buguran Timur, Gunung Ranai, Pulau Setanau, Pulau Akar, Batu Kasah dan lainnya.
Baca juga: 4 Destinasi Wisata di Indonesia yang Masuk dalam Geopark UNESCO