TEMPO.CO, Jakarta - Pada Maret 2020, seperti negara-negara lain di dunia, Kenya menutup perbatasannya untuk pelancong internasional. Hal itu membuat industri pariwisata yang bernilai miliaran dolar terhenti.
Sekarang, lebih dari setahun kemudian, bangsa Afrika mulai mengamati daya tariknya yang paling berharga: hewannya. Pada bulan Mei, ilmuwan, penjaga hutan, dan pasukan sukarelawan memulai tugas berat menghitung setiap hewan liar di negara itu sebagai bagian dari sensus satwa liar pertama. Itu berarti menghitung setiap gajah, setiap jerapah, dan setiap kuda nil di 58 taman nasional.
Menurut Reuters, para pemimpin akan menjalankan program sensus hingga Juli, baik dari darat maupun udara melalui helikopter. Ini juga akan berfungsi sebagai titik loncatan untuk memahami bagaimana negara dapat melindungi lebih dari 1.000 spesies aslinya, yang beberapa di antaranya telah mengalami penurunan populasi yang cukup mengerikan dalam beberapa tahun terakhir, serta bagaimana para pemimpin dapat menyebarkan dana untuk upaya konservasi dengan lebih baik.
Tim tersebut akan memfokuskan sebagian besar upaya mereka pada penghitungan spesies langka dan terancam punah seperti trenggiling dan antelop Sable, yang hanya 100 ekor yang tersisa di alam liar.
"Kami tahu ada celah besar," kata Winnie Kiiru, penjabat ketua Institut Pelatihan Penelitian Satwa Liar Kenya, berbagi sedikit informasi yang mereka miliki tentang statistik satwa liar saat ini. "Kami mungkin tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di Kenya Utara."
Ada juga kabar baik yang masuk hitungan. Seperti yang dilaporkan CNN, Kenya mengalami ledakan bayi gajah mini selama pandemi dengan 200 bayi baru yang dilaporkan.
Najib Balala, Menteri Pariwisata Kenya, menyebut mereka sebagai "hadiah bersama". Mengenai apa yang mungkin menyebabkan penurunan, banyak masalah termasuk perluasan permukiman manusia di wilayah tersebut, perburuan liar dan tentu saja, perubahan iklim.
Meskipun menghitung hewan mungkin tampak seperti tugas yang menyenangkan, pandemi dapat mempersulit para ahli untuk menemukannya. Hewan, kata para ahli, telah mengubah pola migrasi mereka selama setahun terakhir karena tidak ada orang di sekitar yang menghentikan mereka.
“Kami akan menentukan di mana satwa liar ini berada dalam ruang dan waktu,” kata Patrick Omondi, Penjabat Direktur Keanekaragaman Hayati, Penelitian dan Perencanaan di Kenya Wildlife Service. "Kami telah melihat hewan liar masuk ke ruang yang belum pernah mereka kunjungi selama 50 tahun."
TRAVEL AND LEISURE
Baca juga: Sekolah Swasta Kenya Ubah Ruang Kelas Jadi Peternakan Ayam karena Lockdown