TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tidak hanya membangun Bendungan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebagai pengendali banjir. Lahan di sekitar bendungan akan dimanfaatkan sebagai taman ekowisata.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pemanfaatan kawasan konservasi di sekitar bendungan itu ditujukan untuk mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan dengan mengembangkan potensi sumber daya alam dan perlindungan ekosistem. "Pembangunan bendungan nantinya tidak hanya sebagai bagian dari rencana induk (master plan) pengendalian banjir Ibu Kota Jakarta, tetapi juga pengembangan ekowisata kawasan Puncak Bogor," ujarnya, Kamis, 15 April 2021.
Menurut Basuki, konsep taman ekowisata itu akan memanfaatkan kawasan terpadu di Bendungan Sukamahi seperti konservasi alam pada area sabuk hijau untuk dikembangkan menjadi hutan konservasi yang mempunyai fungsi utama untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan tumbuhan khas setempat seperti pohon suren dan damar. Kawasan itu juga akan dilengkapi fasilitas garden in the forest, trail/track, rest area, dek wisata, toilet, signage dan pusat informasi.
"Sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata seperti outdoor recreation, bushwalking, jogging, cycling, horse riding, dan bird watching," kata Basuki.
Ia mencontohkan kawasan konservasi pada aliran Sungai Ciliwung dari bagian hulu Bendungan Sukamahi hingga hilir akan dikembangkan menjadi natural creek. Sedangkan area genangan atau pasang surut bagian hulu Sungai Ciliwung dengan pemandangan ekosistem alami sungai bisa menjadi wisata river valley. Selanjutnya aliran sungai anak Ciliwung berupa hutan lansekap pada bantaran sungai dapat manfaatkan untuk kegiatan wisata susur sungai.
Bendungan Sukamahi yang merupakan bendungan kering pertama di Indonesia itu memiliki volume tampung sebesar 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan 5,23 hektare. Sejak dimulai pada 2017, progres konstruksi hingga 9 April 2021 mencapai 71,21 persen.
Baca juga: Dosen Pariwisata Universitas Udayana Ungkap Ada Pseudo Ekowisata di Bali