TEMPO.CO, Jakarta - Bulan depan, Indonesia merencanakan menerima kembali wisatawan mancanegara atau turis asing, khususnya dari Singapura. Pembukaan yang akan dimulai di Kepulauan Riau berdasarkan kesepakatan travel bubble antara kedua negara.
Rencana itu pun dimungkinkan untuk diperluas ke Bali. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pembukaan kembali wisata dimungkinkan lantaran program vaksinasi saat ini tengah dilakukan pemerintah, termasuk di Bali.
"Kapan kita mau buka dengan asing? Itu pembicaraan masih jalan juga. Kami juga melihat mana yang boleh datang ke mari, (yaitu negara) yang (kasus) Covid-nya sudah mulai turun dan (yang sudah mendapat) vaksin juga makin banyak. Sekarang masih dibicarakan mengenai itu," kata Luhut dalam jumpa pers virtual Bali Investment Forum 2021, Jumat, 26 Maret 2021.
Menurut Luhut, kebijakan untuk membuka pariwisata bagi turis asing harus menggunakan parameter tertentu dan sifatnya resiprokal. Pembukaan pintu wisata itu tak bisa dilakukan secara nasional, melainkan per titik atau wilayah saja.
"Jadi mesti kita buat parameter yang sama, di Indonesia atau Bali ini dengan nanti negara asing yang mau masuk ke kita. Jadi kalau misalnya Korea, Qatar, itu sama parameternya dan kami setuju, ya kami bikin travel bubble di situ," kata Luhut.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo mengatakan Bali memang bisa kembali dibuka dengan sejumlah pertimbangan. Pertama, khusus untuk negara-negara yang telah bisa menangani Covid-19 dengan baik.
"Karena kita ingin mengurangi risiko ketika kita membuka Bali untuk turis asing," kata Angela.
Pemerintah juga mempertimbangkan membuka pariwisata Bali untuk turis asing dengan kemampuan finansial yang lebih baik. Sebab, pemerintah sedang mendorong pariwisata berkualitas (quality tourism). "Selain itu kita berfokus kepada quality tourism, di mana turis-turis itu yang spending-nya lebih tinggi," kata Angela.
Baca juga: Batam dan Bintan akan Sambut Turis Asing Lebih Dulu Sebelum Bali