TEMPO.CO, Tanjungpinang - Masih ingat apa isi Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.
Sumpah Pemuda
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu Tanah Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu Bangsa Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia
Ikrar ketiga Sumpah Pemuda tadi berasal dari Pulau Penyengat di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Dari sana Bahasa Indonesia muncul dan berkembang ke penjuru Tanah Air, kemudian ditetapkan menjadi bahasa pemersatu. Penjabat Sementara Gubernur Kepulauan Riau, Bahtiar Baharudin menceritakan sejarah singkat hubungan Sumpah Pemuda dengan Pulau Penyengat.
"Tidak banyak yang mengetahui sejarah ini. Bahwa 92 tahun lalu, ikrar Sumpah Pemuda yang ketiga, yaitu berbahasa satu Bahasa Indonesia berasal dari Pulau Penyengat," kata Bahtiar saat berziarah ke makam Raja Ali Haji di Pulau Penyengat pada Rabu, 28 Oktober 2020. Pada masa itu, melalui para saudagar Bugis dan Melayu, bahasa tersebut berkembang. "Kemudian dibawa dengan cara berdagang. Diterima oleh Jong Kalimantan, Jong Sulawesi, Jong Ambon."
Penjabat Sementara Gubernur Kepulauan Riau, Bahtiar Baharudin berziarah ke Makam Raja Ali Haji di Pulau Penyenyat pada Rabu, 28 Oktober 2020. Dok. Humas Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Bahasa Melayu lalu dideklarasikan menjadi Bahasa Indonesia. "Sosok Raja Ali Haji adalah seorang keturunan Bugis yang berperan menyebarkan Bahasa Melayu, kemudian menjadi Bahasa Indonesia," katanya. Raja Ali Haji menjalani pengembaraan yang panjang ke hampir semua wilayah Indonesia. Di semua daerah dia memperhatikan masyarakat menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Melalui komunikasi perdagangan, Raja Ali Haji menggunakan Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Melayu. Selain menjadi pencetus asal Bahasa Indonesia, Raja Ali Haji juga seorang pahlawan nasional, bangsawan, dan cucu raja. "Di sinilah cikal-bakal Bahasa Indonesia," kata Bahtiar yang berasal dari Bugis.
Wisata sejarah sekaligus wisata religi ke Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau. Di sana terdapat makan Raja Ali Haji, seorang pahlawan nasional pencetus Bahasa Indonesia. TEMPO | Yogi Eka Sahputra
Menurut Bahtiar, peradaban dan sejarah bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari Pulau Penyengat. "Kami menyampaikan pesan, di tempat inilah Bahasa Indonesia dituliskan, sehingga hari ini kita bisa komunikasi dengan baik," katanya. "Andai tidak ada wilayah ini, Bahasa Indonesia tidak akan menjadi bahasa kita semua."
Untuk mencapai Pulau Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau, wisatawan mesti menyeberang dengan naik kapal bertarif Rp 7.000 per orang. Waktu tempuh dari Kota Tanjungpinang ke Pulau Penyengat sekitar 15 menit. Sampai di Pulau Penyengat, wisatawan akan turun di dermaga dengan corak khas Melayu.
Wisatawan bisa naik becak motor untuk berkeliling pulau. Tarif becak motor sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 40 ribu, tergantung durasi dan jarak tempuhnya. Selain menikmati pemandangan yang indah, wisatawan dapat berziarah ke sejumlah makam raja Riau Lingga.